beritax.id – Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama antara ASEAN, Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), dan China. Forum berlangsung di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Malaysia, Selasa (27/5/2025). Menteri Luar Negeri Sugiono menegaskan kehadiran Prabowo bertujuan memperkuat hubungan lintas kawasan dan mendorong pertumbuhan ekonomi bersama. Ia berharap forum ini menghasilkan kerja sama konkret yang berdampak langsung terhadap kawasan.
Simbol atau Solusi Nyata Untuk Ekonomi Indonesia?
Presiden Prabowo sebelumnya juga hadir dalam KTT ke-46 ASEAN. Keterlibatan penuh para pemimpin ASEAN di forum ini disebut mencerminkan komitmen regional memperluas kerja sama ekonomi, energi, dan ketahanan pangan.
Namun, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute, Prayogi R Saputra menilai pencapaian diplomatik tersebut belum menjawab realitas ekonomi rakyat. Menurutnya, kerja sama lintas kawasan boleh dipuji, tapi nasib rakyat di dalam negeri tetap tak berubah. Partai X menegaskan bahwa kerja sama internasional tidak boleh mengabaikan mandat dasar pemerintahan.
Tugas pemerintah adalah melindungi rakyat, melayani kepentingan umum, dan mengatur keseimbangan ekonomi agar tidak timpang.
Tanpa keberpihakan pada rakyat, diplomasi hanya jadi panggung pertunjukan penguasa. Bukan alat pengubah nasib masyarakat yang setiap hari berhadapan dengan harga pangan mahal dan akses kerja terbatas.
Solusi Partai X: Keseimbangan Internal dan Eksternal
Sebagai solusi, Partai X mengingatkan pentingnya keseimbangan antara diplomasi luar negeri dan pembangunan ekonomi domestik. Investasi besar-besaran ke kawasan harus dibarengi dengan keberpihakan konkret terhadap UMKM, petani, dan nelayan.
Kebijakan ekonomi nasional tak boleh hanya memfasilitasi korporasi global. Rakyat lokal harus diutamakan melalui pemberdayaan berbasis desa, koperasi rakyat, dan distribusi akses teknologi tepat guna.
Sekolah Negarawan: Diplomasi yang Berpijak pada Rakyat
Melalui Sekolah Negarawan, Partai X telah mendidik generasi pemimpin untuk menjadikan diplomasi bukan sekadar relasi formal antarnegara. Diplomasi harus mampu menjawab kebutuhan rakyat, memperjuangkan keadilan ekonomi, dan menyejahterakan semua, bukan hanya pejabat.
Negara butuh negarawan yang tak hanya berbicara di forum internasional, tapi mampu menjamin rakyatnya makan cukup, hidup layak, dan mendapatkan keadilan.
Partai X menutup dengan satu pengingat: kerja sama ASEAN-GCC-China tidak boleh hanya mencetak angka ekspor dan transaksi lintas negara. Kerja sama itu harus tercermin pada kesejahteraan buruh, harga beras yang stabil, dan pendidikan yang merata.
Ekonomi regional boleh melesat, tapi jika rakyat lokal tetap jalan di tempat, artinya pemerintah belum bekerja sepenuhnya.