By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Thursday, 12 June 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Seputar Pajak
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Seputar Pajak
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
Font ResizerAa
Berita XBerita X
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Berita X > Blog > Pemerintah > Kesalahan Sistem Negara: Kaum Spiritual Malah Menyembah “Uang”
Pemerintah

Kesalahan Sistem Negara: Kaum Spiritual Malah Menyembah “Uang”

Diajeng Maharani
Last updated: May 21, 2025 3:15 pm
By Diajeng Maharani
Share
4 Min Read
SHARE

Ketika Hati Bangsa Dikhianati oleh Duniawi

Oleh : Rinto Setiyawan, A.Md.T, CTP (Direktur Riset Sekolah Negarawan X Institute)

beritax.id – Dalam sistem negara yang utuh, kaum agama dan tokoh spiritual berperan sebagai “hati” atau “ruh” bangsa. Mereka adalah penjaga moral, pengarah nilai, serta pengingat tujuan luhur berbangsa dan bernegara. Seharusnya, peran ini menyatu erat dengan rakyat sebagai jiwa kolektif (pancer), bukan terpisah. Namun yang terjadi hari ini adalah paradoks tragis: kaum spiritual justru terjebak menyembah simbol duniawi, kekuasaan, jabatan, dan yang paling mengkhawatirkan, uang.

Contents
Ketika Hati Bangsa Dikhianati oleh DuniawiSpiritual Hati Tanpa Jiwa: Ketika Agama Jadi Elit dan RitualistikRakyat Kehilangan Arah MoralAgama Dijual, Dakwah Dikeruk: Fanatisme tanpa KasihFilsafat Jawa: Agama Adalah Rasa, dan Rasa Harus Bersatu dengan JiwaSolusi: Reintegrasi Hati dan Jiwa Bangsa

Spiritual Hati Tanpa Jiwa: Ketika Agama Jadi Elit dan Ritualistik

Kaum spiritual seharusnya menjadi penuntun nurani bangsa. Namun kini, ajaran agama semakin terputus dari kehidupan rakyat sehari-hari. Masjid megah, gereja besar, vihara dan pura yang berkilau, tapi suara hati rakyat yang kelaparan dan teraniaya jarang disentuh.

Agama semakin dijalankan sebagai ritual formalitas, bukan sebagai pembebas. Tafsir agama lebih sibuk mengurusi kosmetik ibadah dan seremonial moralitas, ketimbang menyelami penderitaan sosial ekonomi umat. Ulama dan pemuka agama pun lebih akrab dengan istana dan penguasa, daripada dengan petani, buruh, atau rakyat miskin.

Ini seperti hati yang tak lagi menyatu dengan jiwa: hidup sebagai organ, tetapi kehilangan makna. Ia berdetak, tapi tidak mengalirkan empati.

Rakyat Kehilangan Arah Moral

Saat kaum spiritual menjauh dari rakyat, yang lahir bukan kesadaran, tapi kekosongan. Dalam ruang kosong batin inilah muncul ekstremisme dan nihilisme. Di satu sisi, lahir generasi yang menyalahgunakan agama untuk kebencian. Di sisi lain, banyak yang sepenuhnya meninggalkan nilai spiritual dan terperosok dalam kekosongan makna.

Korupsi merajalela, kekerasan meningkat, konflik horizontal mudah tersulut. Mengapa? Karena tak ada ruh moral yang membimbing bangsa ini secara utuh. Dakwah hanya menggema di YouTube, khutbah hanya mengisi jadwal birokrasi. Sementara rakyat mengais keadilan dan nilai hidup yang nyata, tak kunjung datang.

You Might Also Like

Mantan Pemain Sirkus Tuntut Keadilan HAM! Partai X: Negara Jangan Diam Jadi Penonton
Diguyur Emas Tapi Masih Miskin, Partai X: Negara Ini Tidak Akan Maju Kalau SDA Diborong Orang!
KPK Usut Jejak SYL, Partai X: Jangan Cuma Tanya Bawahan, Bongkar Juga Jaringan Kekuasaan!
Kebijakan Budaya Jadi Panggung Festival, Nilai Luhur Tak Sampai ke Akar Sosial!

Agama Dijual, Dakwah Dikeruk: Fanatisme tanpa Kasih

Lebih buruk lagi, agama kini dikomersialkan. Dakwah menjadi pasar popularitas, ceramah dijadikan bisnis endorsement. Ada ustaz yang lebih sibuk menyusun tarif ceramah daripada menangis bersama rakyat. Ada tokoh spiritual yang mencalonkan diri hanya demi kuasa, bukan demi umat.

Agama dijadikan alat kekuasaan, bukan cahaya pembebas. Ayat digunakan untuk membenarkan kekuasaan, bukan untuk membebaskan manusia dari belenggu penindasan. Ini bukan lagi penyimpangan; ini pengkhianatan terhadap fungsi spiritual dalam bernegara.

Filsafat Jawa: Agama Adalah Rasa, dan Rasa Harus Bersatu dengan Jiwa

Dalam filsafat Jawa, agama bukan sekadar aturan, tapi rasa. Dan rasa hanya hidup jika menyatu dengan jiwa rakyat. Jika terputus, negara hanya akan tampak agamis di permukaan, berkulit religius tapi kosong batin. Simbol-simbol agama ramai dipakai pejabat, namun keputusan politik yang mereka ambil jauh dari rasa keadilan, kasih, dan keberpihakan.

Maka dalam konteks sistem negara, kaum spiritual yang terpisah dari rakyat bukan lagi cahaya bangsa, tapi justru menjadi pengabur nurani. Hati negara menjadi kotor, karena ruh moralnya sudah disulap menjadi transaksi.

Solusi: Reintegrasi Hati dan Jiwa Bangsa

Untuk menyelamatkan bangsa ini dari kehampaan moral, perlu dilakukan revolusi spiritual dalam sistem negara. Amandemen Kelima UUD 1945 harus membuka jalan untuk:

  • Mengembalikan peran spiritual sebagai penjaga nilai, bukan pendukung kekuasaan;
  • Memastikan kaum agama dan spiritualitas menyatu dengan struktur negara secara sejati, bukan sekadar sebagai penasehat simbolis;
  • Melindungi ruang keagamaan dari eksploitasi kekuasaan dan ekonomi;
  • Mewajibkan pendidikan spiritual dan etika kenegaraan sebagai syarat kepemimpinan.

“Jika hati bangsa telah tersandera oleh dunia, maka bangsa itu akan kehilangan jalan pulangnya. Kita butuh ruh baru, bukan slogan kosong. Kita butuh kasih, bukan hanya ritual.”

TAGGED:Berita Trending
Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Kesalahan Sistem Negara: Kaum Intelektual Bagaikan Katak dalam Tempurung
Next Article Prabowo Klaim Aparat Diancam Saat Bongkar Korupsi, Partai X: Siapa yang Ancam Kalau Bukan Sistemnya Sendiri?

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Pemerintah

Pemakzulan Gibran Diusulkan, Partai X: Kalau Sah dan Elegan, Kenapa Pejabat Langsung Panik?

June 12, 2025
Pemerintah

Danantara, Proyek Besar Tanpa Kontrol? Partai X Pertanyakan Transparansi

February 24, 2025
Ekonomi

Bank Emas Prabowo: Solusi Ekonomi atau Kontroversi Baru?

February 24, 2025
Berita Terkini

“Indonesia Gelap” dianggap Reaksi Kaget Rakyat Soal Kebijakan, Partai X: Prabowo Harus Dengarkan Aspirasi!

February 24, 2025

You May also Like

Pendidikan

Pendidikan Politik Anak Muda Indonesia, Partai X: Tanggung Jawab Negara yang Terabaikan

May 13, 2025
Pemerintah

Komisi III Bahas Anggaran Serius, Partai X: Serius Anggaran atau Serius Jatah Posisi?

May 15, 2025
Pemerintah

Partai X Soroti Mesin Pemerintah Jokowi: Jangan Sampai Rakyat yang Malah Terpinggirkan!

March 18, 2025
Gugatan ini meminta agar Mahkamah menghapus threshold pilkada, seperti yang sudah diputuskan dalam gugatan presidential threshold sebelumnya
Pemerintah

Mahasiswa Gugat Threshold, Partai X: Demokrasi Tak Butuh Batasan Palsu!

June 5, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Hot
  • Politics
  • Renewable Energy
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.