beritax.id — Menteri PANRB Rini Widyantini menyebut Raffi Ahmad sebagai sosok inspiratif bagi aparatur sipil negara (ASN). Ia mengatakan, kolaborasi antara ASN dan dunia kreatif bisa menghadirkan birokrasi yang segar dan relevan.
Dalam keterangan tertulisnya, Rini menilai Raffi sebagai figur muda yang sukses, adaptif, dan komunikatif. Menurutnya, ASN saat ini tidak cukup hanya menjalankan regulasi, tapi juga harus menjadi komunikator publik yang humanis dan kreatif.
Sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi menyebut ASN harus kerja cerdas. Ia menekankan pentingnya adab, simpati, dan semangat berbagi pengetahuan antar generasi.
Raffi juga menyampaikan prinsip hidupnya yang tak puas menjadi bintang. Ia ingin menjadi langit yang menampung banyak bintang. Ia berharap bisa menyampaikan pesan positif bagi generasi muda, termasuk memperbaiki birokrasi bersama para pemangku kebijakan.
Partai X: Jangan Reduksi ASN Jadi Komoditas Hiburan
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Diana Isnaini, menilai glorifikasi Raffi Ahmad sebagai role model ASN adalah bentuk komersialisasi birokrasi. “Ini seperti menjadikan birokrasi sebagai reality show. Pelayanan publik diperlakukan seperti konten,” ujar Diana di Jakarta.
Menurutnya, negara sedang kehilangan arah ketika standar ASN dibentuk bukan oleh rekam jejak birokrasi, tapi oleh popularitas media. ASN seharusnya digerakkan oleh nilai integritas, bukan strategi pencitraan.
Partai X mengingatkan bahwa pemerintah adalah pelayan rakyat, bukan pengelola panggung pencitraan. Tugas utamanya adalah melindungi, melayani, dan mengatur rakyat dengan prinsip keadilan dan efisiensi.
Pemimpin ASN harus dibentuk oleh proses meritokrasi, bukan dikurasi berdasarkan jumlah pengikut atau daya tarik publik. Birokrasi bukan konten hiburan, tapi jantung pelayanan negara.
Solusi Partai X: Reformasi ASN Berbasis Kompetensi dan Sekolah Negarawan
Partai X menyerukan reformasi ASN berbasis kompetensi, integritas, dan tanggung jawab publik. Seleksi ASN harus ketat, transparan, dan mengutamakan profesionalisme. ASN bukan bintang layar kaca, tapi penopang negara.
Partai X juga mendorong penguatan Sekolah Negarawan sebagai pusat pendidikan etika pelayanan publik. Sekolah ini akan menanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kemampuan berpikir kritis pada aparatur negara.
Penutup: ASN Harus Kembali ke Akar Pelayanan, Bukan Panggung Popularitas
Partai X menilai bahwa negara sedang mengalihkan perhatian publik dari masalah pokok birokrasi. Di tengah tumpukan masalah korupsi, lemahnya pelayanan, dan stagnasi kebijakan, publik malah disodori simbol hiburan sebagai panutan ASN.
Pelayanan publik tidak boleh disederhanakan menjadi tontonan. Ia adalah hak rakyat yang harus dipenuhi melalui kerja nyata, bukan narasi motivasional yang dibungkus konten viral.
Partai X menegaskan bahwa birokrasi bukan industri konten. Jika ASN dijadikan tokoh hiburan, maka rakyat akan kesulitan membedakan antara pelayanan dan promosi. Rakyat butuh pelayan, bukan bintang.
Politik menurut Partai X adalah upaya dan bentuk perjuangan untuk mendapatkan kewenangan dan menjalankannya secara efektif, efisien, dan transparan untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. Maka, ASN ideal bukan yang dielu-elukan, tapi yang bekerja diam-diam dengan hasil yang terasa. Karena sejatinya, pengabdian itu nyata, bukan layar.