beritax.id – Anggota DPR RI Sukamta menyatakan bahwa Pancasila adalah warisan para pendiri bangsa yang menyatukan Indonesia pascakemerdekaan. Hal itu disampaikannya dalam Seminar dan Kongres Pemuda Indonesia di Yogyakarta. Menurut Sukamta, Pancasila merupakan “game changer” yang menyatukan Indonesia di tengah gempuran ideologi asing pasca-1945. Ia menyoroti tantangan eksistensial generasi muda dalam budaya digital yang rentan terhadap infiltrasi nilai liberalisme.
Ia menegaskan pentingnya internalisasi nilai Pancasila melalui pendidikan yang kontekstual dan relevan dengan dunia anak muda saat ini. Sukamta juga mengingatkan bahwa penyelenggara negara harus menjadi teladan nyata dalam menjalankan nilai-nilai luhur Pancasila di kehidupan publik. Presiden Mahasiswa UIN Yogyakarta, Umar Ma’ruf, turut menekankan perlunya refleksi dan tanggung jawab pemuda terhadap keistimewaan Yogyakarta sebagai bagian dari semangat kebangsaan.
Partai X Soroti Ketimpangan antara Nilai dan Praktik
Anggota Majelis Tinggi Partai X Rinto Setiyawan menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kemunduran implementasi nilai Pancasila yang merupakan warisan. “Hari ini nilai Pancasila kerap hanya jadi simbol seremoni, bukan dasar kebijakan,” ujarnya. Ia menilai banyak kebijakan pemerintah yang justru bertentangan dengan semangat keadilan sosial dan kedaulatan rakyat. Contohnya, pembiaran korupsi dan pengabaian hak-hak dasar warga seperti pendidikan dan layanan kesehatan.
Partai X menilai bahwa nilai kemanusiaan, keadilan, dan gotong royong yang terkandung dalam Pancasila terdistorsi oleh perilaku birokrasi dan pejabat yang mementingkan diri.
Mereka menuntut agar internalisasi nilai Pancasila dimulai dari pucuk pimpinan, bukan hanya dibebankan pada pelajar dan pemuda. “Pancasila tidak akan hidup hanya dengan upacara dan baliho, tapi dari teladan nyata,” tegas Rinto.
Prinsip dan Solusi Partai X
Sebagai partai yang menjunjung nilai keadilan substantif dan demokrasi deliberatif, Partai X memandang bahwa penyelamatan nilai Pancasila membutuhkan koreksi total terhadap paradigma kekuasaan saat ini.
Prinsip-prinsip Partai X, yang menolak feodalisme kekuasaan dan dominasi oligarki, menuntut pembangunan institusi yang etis dan partisipatif. Negara harus hadir melindungi rakyat, melayani kebutuhan dasar, dan mengatur dengan keberpihakan kepada kepentingan umum.
Partai X menawarkan solusi konkret berupa pembentukan Majelis Etik Publik untuk menilai moralitas kebijakan, reformasi kurikulum pendidikan Pancasila berbasis praktik, dan revitalisasi program Sekolah Negarawan sebagai wadah kaderisasi kepemimpinan yang berlandaskan etika dan pengabdian publik. Sekolah ini mendidik pemuda untuk berpikir sistemik, bertindak jujur, dan berpihak pada rakyat, bukan pada kuasa modal.
Kesimpulan: Ideologi Harus Dijalankan, Bukan Hanya Dikumandangkan
Partai X menekankan bahwa membumikan Pancasila bukan sekadar retorika, tapi harus mewujud dalam sistem hukum, sosial, dan ekonomi. Tanpa komitmen nyata dari para penyelenggara negara, Pancasila akan terus terpinggirkan. Partai X menyerukan gerakan rakyat untuk mengawal ideologi bangsa agar tetap hidup, relevan, dan menjadi penuntun arah pembangunan yang berkeadilan bagi seluruh warga Indonesia.