beritax.id — Ilham Akbar Habibie menilai perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi tantangan serius bagi stabilitas industri global. Ia menyebut konflik non-fisik ini berdampak langsung pada rantai pasok dunia, yang mengakibatkan kenaikan harga komponen dan bahan baku industri.
Dalam wawancaranya bersama Liputan6.com, Ilham menegaskan bahwa ketergantungan global terhadap produk manufaktur China masih sangat tinggi. Ketegangan dagang dengan Amerika Serikat membuat harga produk naik dan inflasi meningkat di banyak negara.
Indonesia, kata Ilham, meski tidak terkena secara langsung, tetap mengalami efek ekonomi dari inflasi global. Ia menyebut kondisi dalam negeri masih relatif stabil, meski deflasi sempat terjadi pada awal tahun 2025.
Partai X: Wacana Global Tak Boleh Jadi Tirai atas Luka Ekonomi Nasional
Menanggapi pernyataan tersebut, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute Prayogi R Saputra menegaskan bahwa wacana global seperti perang dagang tak boleh menutupi luka-luka struktural ekonomi nasional. Pemerintah seharusnya tidak sekadar menjadikan isu luar negeri sebagai pengalihan perhatian publik atas lemahnya strategi kedaulatan industri dalam negeri.
Menurut Prayogi, ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku sudah terjadi sejak lama. “Kalau kita terus menyalahkan konflik global, kapan kita mulai membenahi ketergantungan industri dan lemahnya inovasi lokal?” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa tugas pemerintah itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Pemerintah seharusnya memperkuat kemandirian ekonomi, bukan terus-menerus berlindung di balik badai global.
Partai X meyakini bahwa negara adalah kedaulatan rakyat, bukan kepanjangan tangan modal global. Sehingga harus menjamin sistem produksi nasional yang adil, inklusif, dan berpihak pada pelaku usaha lokal.
Menurut prinsip Partai X, tidak boleh lagi tunduk pada skema ketergantungan pasokan asing. Pemerintah wajib mendorong diversifikasi produksi dalam negeri dan melindungi industri strategis nasional dari penetrasi modal predatoris.
Partai X mendorong pelaksanaan Sekolah Negarawan sebagai basis transformasi kepemimpinan ekonomi. Sekolah ini melatih pemimpin publik agar memahami bahwa kedaulatan ekonomi bukan hanya soal tarif impor, tapi juga soal keberanian membangun struktur industri lokal dari hulu ke hilir.
Sekolah Negarawan mendorong pengambil kebijakan untuk tidak hanya bicara soal hubungan antar dunia, tapi juga mampu menghadirkan solusi nyata di dapur rakyat. Solusi seperti koperasi rakyat berbasis desa, bank pembangunan daerah untuk industri kecil, dan insentif untuk peneliti teknologi terapan lokal wajib dikedepankan.
Penutup: Jangan Lupa Rakyat dalam Perdebatan Global
Partai X menilai bahwa dalam setiap narasi besar tentang dunia, pemerintah harus tetap ingat suara kecil rakyat. Perang dagang Amerika–Tiongkok memang berdampak, tapi luka ekonomi Indonesia juga bersumber dari buruknya keberpihakan terhadap produksi nasional.
“Kalau kita sibuk bicara ancaman global, tapi rakyat tak mampu beli beras, itu artinya kita tak sedang melindungi siapa-siapa,” tutup Prayogi. Pemerintah diminta kembali pada rakyat, dan menjalankan fungsi dasarnya dengan adil dan bertanggung jawab.