By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Wednesday, 10 December 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Seputar Pajak
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Seputar Pajak
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
Font ResizerAa
Berita XBerita X
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Berita X > Blog > Pemerintah > Mundurnya Bupati Aceh: Kritik Terhadap Pemerintah Pusat?
Pemerintah

Mundurnya Bupati Aceh: Kritik Terhadap Pemerintah Pusat?

Diajeng Maharani
Last updated: December 9, 2025 10:59 am
By Diajeng Maharani
Share
4 Min Read
SHARE

beritax.id – Keputusan empat bupati di Aceh untuk menyatakan ketidaksanggupan menangani bencana banjir dan longsor adalah peristiwa yang jauh lebih besar daripada sekadar administrasi pemerintahan. Ini bukan tindakan sehari-hari, bukan pula sekadar formalitas birokrasi. Ini adalah langkah yang mengguncang, pesan keras dari daerah kepada pusat, sekaligus peringatan bahwa sistem penanggulangan bencana nasional sedang berada dalam kondisi yang rapuh.

Dengan ratusan korban meninggal, ratusan lainnya hilang, ribuan terluka, puluhan desa terisolasi, jembatan runtuh, dan akses darat lumpuh, pernyataan menyerah itu mencerminkan realitas brutal yang tidak dapat diatasi oleh kapasitas daerah.

Bencana Terbesar Setelah Tsunami, Tapi Respons Tidak Seimbang

Banjir dan longsor kali ini disebut sebagai bencana terbesar setelah tsunami 2004. Namun, berbeda dengan mobilisasi nasional yang luar biasa pada 2004, respons kali ini terasa lambat dan timpang. Daerah dibiarkan bertarung dengan anggaran darurat yang tipis, alat berat yang minim, tim SAR yang kelelahan, serta akses logistik yang sepenuhnya lumpuh.

Di tengah situasi sebesar ini, wajar jika para bupati memilih mengakui: “Kami tidak sanggup.” Jika itu bukan kritik, sulit mencari istilah lain yang lebih tepat.

Apakah Ini Tanda Putus Asa atau Bentuk Kritik yang Tidak Dikatakan Secara Langsung?

Pernyataan mundur secara terbuka tidak dapat dibaca semata-mata sebagai ketidakberdayaan. Ia juga dapat dibaca sebagai pesan yang kuat pesan yang mungkin tidak dapat diucapkan secara gamblang dalam sistem yang penuh batas formal.

Pertanyaannya: Apakah mereka benar-benar tidak mampu, atau mereka sedang menyampaikan bahwa pusat gagal merespons bencana sebesar ini?

You Might Also Like

Bukan Rakyat, PDIP yang Harus Bertanggung Jawab Atas Ijazah Jokowi?
Pidato di Panggung, Gas di Jalan: Partai X Desak Jadi Aksi Nyata, Bukan Seremoni!
Kenapa Rakyat Tidak Pernah Mendapat Keadilan?
Rapat di Hotel Butuh Standar Biaya, Partai X: Hemat di Spanduk, Boros di Anggaran!

Ketika daerah merasa dibiarkan berjuang sendirian, mundur adalah cara paling halus untuk berkata: “Kami tidak bisa lagi menutupi kekurangan sistem nasional.”

Otonomi Daerah dan Ketergantungan yang Tidak Pernah Usai

Secara teori, daerah otonom seharusnya mampu mengelola wilayahnya. Namun realitas menunjukkan hal berbeda: daerah tetap sangat bergantung pada pusat untuk peralatan, logistik, anggaran, dan koordinasi nasional.

Dalam teori ketergantungan, Aceh bertindak seperti periferi yang selalu menunggu pusat. Ketika bencana datang, ketergantungan ini berubah menjadi ketidakberdayaan yang menyakitkan. Pernyataan mundur itu memperlihatkan bahwa otonomi daerah berhenti bekerja ketika bencana datang.

Respons Pusat yang Defensif: Tidak Menjawab Pertanyaan Sesungguhnya

Pemerintah pusat membantah bahwa para bupati “menyerah”, tetapi justru membantah tanpa menawarkan jawaban konkret. Penjelasan defensif itu tidak memecahkan masalah struktural, hanya memoles permukaan. Masalah utamanya bukan pada apakah bupati “menyerah”, tetapi pada mengapa mereka sampai harus menyerah.

Para Bupati dalam Posisi Sisyphus: Berjuang Tanpa Alat yang Memadai

Analogi Sisyphus dari Albert Camus terasa tepat menggambarkan kondisi para bupati. Mereka mendorong batu besar bencana berskala dahsyat dengan tangan kosong dan sumber daya terbatas. Setiap upaya selalu jatuh kembali karena sistem yang mendukung mereka tidak pernah benar-benar kuat. Dalam kondisi seperti ini, mundur bukan sikap lemah, tetapi sikap realistis.

Solusi: Pusat Harus Menguatkan Daerah, Bukan Membiarkan Mereka Jatuh

Jika negara ingin mencegah peristiwa serupa, reformasi tata kelola bencana harus dilakukan segera. Pemerintah pusat harus memperkuat kapasitas daerah melalui anggaran darurat yang mudah diakses, bukan terhalang birokrasi. Peralatan bencana harus ditempatkan secara strategis di wilayah rawan, memastikan bantuan tidak terlambat. Standar respons cepat harus dijalankan tanpa menunggu laporan panjang yang menghambat. Koordinasi antardaerah perlu diperkuat sehingga daerah tidak bergantung hanya pada pusat. Pelatihan mitigasi bencana harus menjadi prioritas nasional, bukan sekadar agenda formalitas.

Ketika sistem kuat, daerah tidak perlu mengirim pesan terselubung lewat pengunduran diri.

Empat bupati tidak sedang lepas tangan. Mereka sedang menunjukkan bahwa kapasitas daerah sudah runtuh sebelum bencana itu sendiri berhenti. Jika pusat mengabaikan makna di balik tindakan ini, maka pelajaran penting akan hilang begitu saja.

Pengunduran diri itu adalah kritik. Dan itu adalah kritik dari garis depan kritik yang tidak bisa lagi disembunyikan dengan kata-kata diplomatis.

TAGGED:Berita Trending
Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Merespon Ultimatum Presiden Prabowo ke DJBC: Ahli dan Kuasa Hukum Pajak dan Kepabeanan-Cukai Tegaskan Peran Strategis Menjaga Efisiensi Fiskal
Next Article Di Bawah Kendali Kartel Kejahatan Politik: Enam Strategi Mengembalikan Kedaulatan Rakyat

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Sengketa pajak PT MSMP dalam persidangan yang membahas dugaan cacat prosedur pemeriksaan.
Berita Terkini

Gugatan PT MSMP Memanas: Ahli Bongkar Dugaan Pelanggaran Prosedur Pemeriksaan Pajak

December 2, 2025
Pemerintah

Danantara, Proyek Besar Tanpa Kontrol? Partai X Pertanyakan Transparansi

February 24, 2025
Ekonomi

Bank Emas Prabowo: Solusi Ekonomi atau Kontroversi Baru?

February 24, 2025
Berita Terkini

“Indonesia Gelap” dianggap Reaksi Kaget Rakyat Soal Kebijakan, Partai X: Prabowo Harus Dengarkan Aspirasi!

February 24, 2025

You May also Like

Pemerintah

Bangkit dari Rumah yang Retak, Membangun Negara yang Sehat

November 3, 2025
Pemerintah

Dewan Pers Ingatkan Perlindungan Wartawan, Partai X: Demokrasi Tanpa Rakyat Itu Palsu!

September 2, 2025
Pemerintah

DPR Dorong Pemda Aktif, Partai X: Pemda Aktif, Rakyat Tetap Terlupakan!

October 2, 2025
Teknologi

Teknologi Pertahanan Didorong, Partai X Minta Akuntabilitas Pengembangan

November 22, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Hot
  • Politics
  • Renewable Energy
  • Yudizaman
  • Hotel Ayani
  • CV Hotel Wisata
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.