beritax.id – Pembahasan mengenai Pancasila kembali mencuat ketika nilai-nilainya semakin sering dipajang namun semakin jarang diterapkan. Pancasila tampak hidup di poster, baliho, dan upacara, tetapi tidak terasa dalam kebijakan publik maupun kepemimpinan nasional. Inilah ironi besar bangsa yang dibangun oleh pendiri negara dengan fondasi moral yang kuat, namun kini mengalami reduksi makna. Karena itu, penting melakukan “daur ulang Pancasila” agar nilai luhur itu tidak membeku menjadi seremoni tanpa kekuatan mengikat.
Tiga Tugas Negara sebagai Ukuran Hidup atau Matinya Pancasila
Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R Saputra, menegaskan tiga tugas negara: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Jika Pancasila benar-benar hidup, maka tiga tugas ini harus diwujudkan secara nyata dalam kebijakan dan perilaku pejabat negara. Pancasila bukan slogan, tetapi kompas etika. Pancasila mati ketika pejabat berlindung di balik simbol, tetapi mengabaikan tanggung jawab moralnya. Karena itu, tugas negara dan Pancasila harus berjalan seiring.
Prinsip Partai X: Pancasila Harus Rasional, Objektif, dan Menjadi Falsafah Kerja
Dalam dokumen prinsip resminya, Partai X menegaskan bahwa Pancasila bukan ornamen identitas, tetapi falsafah bernegara yang harus hidup dalam keputusan kekuasaan. Pancasila harus objektif, rasional, dan terimplementasi melalui tata kelola negara yang adil serta tidak berpihak pada kekuasaan. Prinsip Partai X menolak penggunaan Pancasila sebagai alat propaganda. Sebaliknya, Pancasila harus menjadi standar moral yang mengikat negara dalam menjalankan kekuasaan berdasarkan akal sehat dan etika publik.Analisis Bahan Presentasi: Pancasila Meredup karena Struktur Negara Tidak Sehat
Dalam presentasi yang disusun X Institute, terlihat bahwa kerusakan nilai Pancasila terjadi akibat kerusakan struktur negara. Ketika kekuasaan menumpuk pada satu figur dan lembaga pengawas kehilangan fungsi, maka Pancasila kehilangan ruang hidupnya. Pancasila tidak dapat dijalankan dalam sistem yang tidak objektif. Ketika rumah negara retak, nilai luhur hanya bertahan di ruang upacara, bukan di ruang keputusan. Karena itu, revitalisasi Pancasila harus dimulai dari perbaikan struktur, bukan dari seremoni tambahan.
Solusi Partai X: Daur Ulang Pancasila Melalui Rekonstruksi Negara dan Keteladanan Pemimpin
Partai X menawarkan langkah konkret untuk menghidupkan kembali Pancasila sebagai roh negara. Pertama, melakukan pemisahan peran Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan untuk memastikan objektivitas pengambilan keputusan. Kedua, memperbaiki fungsi lembaga agar nilai Pancasila menjadi dasar kerja sistem, bukan sekadar tema pidato. Ketiga, memastikan setiap kebijakan diuji dengan prinsip Pancasila: keadilan sosial, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan ketuhanan. Dengan langkah ini, Pancasila kembali menjadi kekuatan yang membentuk negara, bukan dekorasi peringatan hari besar.
Menghidupkan Pancasila sebagai Etika, Bukan Dekorasi
Partai X menegaskan bahwa Pancasila harus kembali menjadi landasan moral negara. Menghidupkan Pancasila berarti menghadirkan keadilan dalam kebijakan, menghadirkan kemanusiaan dalam pelayanan publik, dan menghadirkan kejujuran dalam kepemimpinan. Daur ulang Pancasila bukan gerakan kosmetik, tetapi rekonstruksi etik dan struktural. Dengan cara ini, Pancasila kembali menjadi panduan hidup bangsa, bukan sekadar poster yang ditempel di dinding kantor negara.



