beritax.id – Ribuan karyawan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) kini menghadapi ketidakpastian setelah perusahaan tekstil raksasa ini resmi menghentikan operasionalnya pada Sabtu, 1 Maret 2025. Penutupan ini mengakhiri perjalanan 58 tahun Sritex sebagai salah satu pilar industri tekstil nasional. Dampaknya, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun tak terhindarkan, memukul ribuan pekerja yang kini kehilangan sumber mata pencaharian.
Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Kabupaten Sukoharjo mengonfirmasi bahwa PHK terhadap karyawan Sritex telah dimulai sejak 26 Februari, dengan hari terakhir kerja jatuh pada 28 Februari 2025. Sementara itu, langkah pemerintah dalam menangani dampak sosial dan ekonomi dari PHK massal ini masih menjadi tanda tanya besar.
Partai X Serukan Solusi Nyata untuk Sritex
Menanggapi tragedi ini, Diana Isnaini Anggota Majelis Tinggi Partai X, menegaskan bahwa pemerintah harus segera bertindak untuk menjamin kesejahteraan pekerja terdampak. “Ini bukan sekadar angka dalam statistik, tetapi tentang nasib ribuan keluarga yang kini kehilangan pendapatan.
Partai X menilai bahwa solusi jangka pendek seperti pemberian bantuan sosial dan program pelatihan keterampilan bagi para pekerja. Solusi jangka panjang juga diperlukan termasuk kebijakan ekonomi yang berpihak pada industri lokal agar kasus seperti ini tidak terulang.
Negara tidak boleh lepas tangan. Partai X berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan bagi para pekerja yang terdampak,” ujar Diana dalam pernyataannya, Senin (3/3/2025).
Efek Domino: Ancaman bagi Industri Tekstil Nasional?
Penutupan Sritex bukan hanya memukul karyawan, tetapi juga berpotensi menimbulkan efek domino bagi industri tekstil di Indonesia. Banyak pemasok bahan baku dan mitra bisnis Sritex yang kini ikut terdampak. Kondisi ini memicu kekhawatiran bahwa sektor tekstil nasional bisa semakin terpuruk jika tidak ada kebijakan yang mendukung keberlanjutan industri ini.
“Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah konkret, mungkin akan ada lebih banyak perusahaan tekstil lain yang menyusul nasib Sritex. Kita butuh kebijakan yang mendukung industri lokal agar tetap kompetitif,” tambah Diana Isnaini.
Sementara itu, ribuan eks-karyawan Sritex masih berjuang mencari kepastian atas hak pesangon mereka dan peluang kerja baru. Apakah pemerintah akan turun tangan secara nyata? Dan mampukah Partai X menjadi suara bagi mereka yang kehilangan pekerjaan? Kita tunggu langkah selanjutnya.