beritax.id – Semangat kepahlawanan tidak boleh berhenti pada tugu, seremonial, dan upacara. Ia harus hidup kembali dalam tindakan nyata dan kesadaran kebangsaan. Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, menegaskan bahwa semangat kepahlawanan sejati lahir dari kesadaran akan tugas negara yang sesungguhnya. “Tugas negara itu tiga loh,” ujar Prayogi, “melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Tapi urutan ini sering terbalik dalam praktik.”
Menurutnya, banyak pejabat lebih sibuk mengatur daripada melayani, lebih sibuk memerintah daripada melindungi.
Sinau Kebangsaan: Ruang Belajar Menjadi Warga Negara yang Berpikir
Program Sinau Kebangsaan yang diinisiasi oleh Sekolah Negarawan dan X Institute ini bukan sekadar forum diskusi, melainkan laboratorium kebangsaan. Di dalamnya, generasi muda, akademisi, dan masyarakat diajak berpikir kritis tentang arah negara, memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta menumbuhkan kembali nilai-nilai dasar Pancasila.
Prayogi menilai bahwa krisis bangsa saat ini bukan hanya ekonomi atau pemerintahan, tetapi krisis karakter. “Banyak orang pintar tapi sedikit yang benar. Banyak pemimpin cakap, tapi jarang yang bijak. Di sinilah Sinau Kebangsaan berperan, untuk menumbuhkan akal sehat dan hati nurani kebangsaan,” ujarnya.
Melalui gerakan ini, Partai X berharap lahir generasi negarawan muda yang tidak hanya pandai berbicara tentang bangsa, tapi juga mau bekerja untuk bangsa.
Prinsip Partai X: Kedaulatan Rakyat, Moralitas Kekuasaan, dan Etika Pelayanan
Dalam dokumen prinsipnya, Partai X menegaskan bahwa pemerintahan harus berakar pada moral dan berpuncak pada keadilan sosial. Kedaulatan rakyat bukan sekadar slogan, tetapi fondasi utama dalam setiap kebijakan publik. Negara tidak boleh menjadi alat kekuasaan segelintir pejabat, melainkan sarana pelayanan bagi seluruh rakyat.
“Negara harus kembali setia pada prinsipnya sebagai alat untuk membahagiakan rakyat,” kata Prayogi. Ia menambahkan, tugas melindungi, melayani, dan mengatur rakyat bukan tiga hal terpisah, tetapi satu rangkaian moral yang harus dijalankan secara utuh.
Partai X juga memandang bahwa Pancasila harus kembali menjadi falsafah hidup bernegara, bukan sekadar simbol atau alat legitimasi. Sila kedua dan kelima menjadi pedoman dalam menata ulang arah kebijakan agar berpihak pada kemanusiaan dan keadilan.
Solusi Partai X: Menyusun Ulang Sistem dan Jiwa Pelayanan Publik
Partai X menawarkan serangkaian solusi konkret untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kebangsaan dan memperkuat pelayanan publik. Beberapa di antaranya meliputi:
- Reformasi sistem pemerintahan berbasis moralitas dan kinerja menempatkan pejabat sebagai pelayan, bukan penguasa.
- Pemulihan fungsi negara sebagai pelindung rakyat kebijakan publik harus diarahkan pada kesejahteraan, bukan sekadar pertumbuhan ekonomi.
- Penguatan pendidikan karakter dan kebangsaan melalui program seperti Sinau Kebangsaan agar masyarakat sadar peran dan haknya dalam sistem demokrasi.
- Digitalisasi etis dalam pelayanan publik teknologi digunakan untuk mempercepat pelayanan, bukan memperlebar jurang antara pemerintah dan rakyat.
Menurut Prayogi, “Kalau pejabat kembali memahami dirinya sebagai pelayan, bukan majikan rakyat, maka semangat kepahlawanan akan hidup kembali dalam pemerintahan.”
Partai X ingin menghidupkan kembali semangat gotong royong, kejujuran, dan tanggung jawab sosial yang dulu menjadi ruh perjuangan bangsa. Kepahlawanan bukan masa lalu, melainkan nilai yang harus diteruskan dalam kehidupan bernegara hari ini.
“Kalau setiap warga negara mau belajar menjadi pahlawan di bidangnya masing-masing, bangsa ini tidak akan kekurangan harapan,” tutup Prayogi.



