beritax.id — Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi resmi menutup pelaksanaan sistem satu arah atau one way nasional dari KM 414 GT Kalikangkung, Jawa Tengah hingga KM 70 GT Cikatama, Jawa Barat. Rekayasa lalu lintas tersebut diterapkan sejak 6 April dan dinyatakan berakhir hari ini setelah arus balik Lebaran dianggap cukup landai.
Menurut Menhub, sistem satu arah ini dinilai mampu mengoptimalkan kapasitas jalan, mengurai kemacetan, dan mempercepat waktu tempuh pemudik. Pemerintah juga mengapresiasi kolaborasi semua pihak dalam pelaksanaan rekayasa lalu lintas selama masa mudik dan balik Idul Fitri 1446 H.
Namun, di tengah pujian atas kelancaran arus kendaraan, Partai X melalui Anggota Majelis Tinggi Diana Isnaini memberi catatan kritis. Diana menyebut bahwa keberhasilan sistem one way tidak boleh menutupi fakta di lapangan: banyak warga justru menahan emosi akibat kurangnya akses, kurangnya informasi real-time, dan terganggunya mobilitas lokal.
Partai X: kelancaran jalan jangan membungkam suara hati masyarakat
Menurut Partai X, rekayasa lalu lintas tak bisa hanya dinilai dari volume kendaraan yang bergerak lancar. Yang lebih penting adalah sejauh mana kebijakan ini menjaga rasa adil bagi seluruh pengguna jalan, termasuk warga lokal dan pelaku ekonomi sekitar jalur tol.
“Pemerintah memang bertugas mengatur lalu lintas, tapi jangan sampai mengabaikan suara rakyat yang terhimpit,” tegas Diana Isnaini.
Ia menambahkan, evaluasi yang dijanjikan oleh Menhub harus melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Jangan hanya mendengar dari atas, tapi juga dari pengguna motor, warga desa terdampak, hingga pedagang kecil di pinggir jalur utama.
Tegas soal prinsip, solusi tak boleh elitis
Sebagaimana tercantum dalam prinsip Partai X, negara hadir bukan sekadar menertibkan tetapi juga melindungi dan melayani. Diana mengingatkan, kebijakan transportasi nasional harus transparan, manusiawi, dan berpihak pada kelompok paling terdampak, bukan hanya pada data statistik atau kepuasan elite.
“Ada warga yang terpaksa putar balik belasan kilometer hanya karena jalan diblokir demi arus balik. Ini nyata, bukan wacana,” tambahnya.
Dengan tajuk “Satu Arah Pulang, Dua Arah Emosi”, Partai X menegaskan bahwa arus balik jangan hanya diukur dari waktu tempuh kendaraan. Emosi publik yang membara juga harus diurai. Karena dalam negara demokrasi, jalan raya boleh satu arah, tapi suara rakyat harus bebas melintas ke mana saja.