beritax.id Presiden Prabowo Subianto mengumpulkan jajaran menteri di Hambalang, Bogor, pada Senin pagi. Pertemuan digelar untuk merespons dampak eskalasi krisis global terhadap kepentingan Indonesia. Hal ini diungkap Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya melalui akun @sekretariat.kabinet.
Isu yang dibahas Presiden dan para menteri mencakup ketegangan Timur Tengah, terutama serangan terbuka Amerika Serikat ke situs nuklir Iran. Kementerian terkait turut hadir, termasuk Menko Polhukam Budi Gunawan, Menlu Sugiono, Panglima TNI, Kapolri, dan Jaksa Agung. Mereka diminta memformulasikan langkah strategis atas dampak keamanan dan stabilitas global.
Partai X: Dapur Rakyat Lebih Mendesak Dibicarakan
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R Saputra, menyoroti bahwa fokus Presiden tak seharusnya melulu soal krisis luar negeri. Ia mengingatkan kembali tugas utama pemerintah: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. “Dunia boleh panas, tapi perut rakyat lebih dulu harus dihangatkan,” ujarnya.
Menurut Partai X, pembahasan dampak global memang penting. Namun, jangan sampai abai terhadap krisis domestik yang tak kalah genting. Harga pangan naik, subsidi belum merata, dan pengangguran kian membengkak. Jika pemerintah serius menjaga stabilitas nasional, maka mulai dulu dari rumah rakyat sendiri.
Solusi Partai X: Kedaulatan Sosial Ekonomi Harus Jadi Basis Pertahanan
Prinsip Partai X menempatkan kedaulatan pangan dan akses sosial dasar sebagai pilar utama ketahanan nasional. Mengutip dokumen Sekolah Negarawan, ancaman global hanya bisa dihadapi oleh bangsa yang kuat di dalam, bukan hanya diplomatik di luar. Ketahanan ekonomi rakyat adalah benteng pertama menghadapi ketidakpastian internasional.
Partai X mendorong pemerintah membentuk Dewan Ketahanan Rakyat yang melibatkan komunitas lokal, petani, UMKM, dan guru. Setiap kebijakan luar negeri harus melewati uji dampak terhadap rakyat kecil. Negara tak boleh sibuk di meja geopolitik, tapi lupa menengok warung yang makin sepi pembeli.
Prayogi menyatakan bahwa perhatian pemerintah terhadap rakyat jangan hanya muncul saat pemilu. Dalam suasana dunia yang gaduh, negara harus tampil dengan prioritas yang tepat: menjaga yang dekat, baru bicara yang jauh.
“Kalau dapur rakyat sudah aman, baru kita kuat bicara di forum dunia. Kalau belum, diam lebih terhormat daripada sibuk pencitraan internasional,” pungkasnya.