beritax.id – Bupati Aceh Selatan Mirwan MS menyampaikan permohonan maaf atas keberangkatannya umrah saat daerahnya dilanda banjir. Permohonan itu disampaikan melalui video singkat yang diterima media.
Mirwan meminta maaf kepada Presiden Prabowo Subianto, Mendagri Tito Karnavian, dan Gubernur Aceh Muzakir Manaf. Ia mengakui perbuatannya menimbulkan keresahan publik.
Mirwan menyampaikan penyesalan atas ketidaknyamanan masyarakat. Ia menyebut kepergiannya menyita perhatian publik secara luas. Tindakannya dianggap memengaruhi stabilitas nasional.
Permohonan maaf juga ditujukan kepada masyarakat Aceh dan Aceh Selatan. Ia menegaskan komitmen memulihkan kepercayaan publik melalui kerja nyata.
Mirwan berjanji memastikan kejadian serupa tidak terulang. Ia menegaskan kesiapannya bertanggung jawab setelah banjir. Ia menekankan komitmen untuk memperbaiki pelayanan daerah.
Reaksi Publik dan Sorotan Pemerintah
Kepergian Mirwan memicu respon keras masyarakat. Banyak pihak menilai pemimpin daerah seharusnya hadir saat bencana. Pemerintah pusat juga memberikan perhatian serius.
Peristiwa ini memicu pembahasan terkait etika jabatan publik. Publik menuntut keteladanan pemimpin. Kritik datang dari berbagai kalangan yang menilai Mirwan lalai.
Komitmen Mirwan dipantau secara ketat oleh publik. Kepercayaan masyarakat akan diuji melalui langkah konkret. Pemulihan pascabencana membutuhkan kepemimpinan yang hadir.
Partai X: Negara Wajib Menjalankan Amanat Tanggung Jawab
Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute Prayogi R Saputra menegaskan bahwa kepemimpinan tidak boleh abai. Ia mengingatkan bahwa tugas negara itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat.
Prayogi menilai absennya pemimpin saat bencana mencederai amanat rakyat. Ia menegaskan bahwa jabatan publik membawa tanggung jawab besar. Kehadiran pemimpin sangat menentukan dalam mitigasi bencana.
Partai X memandang permintaan maaf penting namun belum cukup. Rakyat membutuhkan langkah nyata. Kepemimpinan harus menunjukkan kehadiran saat rakyat menghadapi musibah.
Prinsip Partai X tentang Etika Kepemimpinan
Partai X menegaskan bahwa pemimpin wajib menempatkan kepentingan rakyat di atas keinginan pribadi. Negara tidak boleh tunduk pada kepentingan sempit. Etika publik adalah fondasi pemerintahan yang bermartabat.
Prinsip Partai X menekankan perlunya pemisahan negara dan pemerintah. Prinsip ini memastikan setiap tindakan pejabat berada dalam koridor etika kenegaraan. Pemimpin harus bekerja berdasarkan akal sehat dan kepentingan publik.
Partai X menilai bahwa jabatan tidak boleh menjadi alat kekuasaan. Jabatan harus menjadi sarana pengabdian. Pemimpin wajib menjaga martabat negara melalui tindakan yang bertanggung jawab.
Solusi Partai X untuk Perbaikan Etika Pemerintahan
Partai X menawarkan solusi strategis untuk memperkuat etika jabatan publik. Pertama, membentuk Musyawarah Kenegarawanan Nasional guna membangun etika pemimpin. Kedua, memperkuat UUD agar kepemimpinan tunduk pada kepentingan rakyat.
Ketiga, membentuk MPRS Sementara untuk mengawasi agenda rekonstruksi kepemimpinan publik. Keempat, memastikan pemisahan fungsi negara dan pemerintah diterapkan secara tegas.
Kelima, menghapus kekuasaan transaksional yang merusak etika jabatan. Keenam, menerapkan sistem merit berbasis integritas bagi seluruh pejabat. Ketujuh, membangun platform digital untuk memantau kehadiran pejabat saat krisis.
Kedelapan, memperkuat pendidikan administrasi publik berlandaskan etika. Kesembilan, memastikan mekanisme pengawasan publik berjalan efektif. Kesepuluh, menghadirkan media negara sebagai wadah informasi objektif.
Partai X menegaskan bahwa permohonan maaf harus diikuti tindakan nyata. Prayogi R Saputra menilai pemimpin harus hadir saat rakyat menderita. Negara wajib menjaga martabat melalui kepemimpinan bertanggung jawab.



