beritax.id – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan optimisme bahwa swasembada pangan nasional dapat dicapai dalam waktu dekat. Ia menegaskan bahwa upaya tersebut tidak sesulit yang selama ini dibayangkan banyak pihak.
“Swasembada mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Bukan dibalik, tidak sesulit itu,” kata Amran dalam HIPMI-Danantara Indonesia Business Forum 2025 di Jakarta, Senin (20/10/2025).
Amran mengungkapkan, capaian swasembada mulai terlihat pada sektor beras. Beberapa lembaga internasional bahkan telah memprediksi peningkatan signifikan produksi beras Indonesia. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan produksi beras Indonesia tahun 2025 mencapai 34,6 juta ton, naik 4,8 persen dibanding tahun sebelumnya.
Produksi tersebut jauh di atas capaian negara-negara ASEAN lain seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina. Bahkan, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Indonesia kini menjadi negara dengan produksi beras tertinggi kedua di dunia setelah Brasil.
“Kita diakui oleh FAO. Mereka memberi penghargaan karena kenaikan produksi kita nomor dua dunia. Insyaallah, tahun depan Indonesia bisa nomor satu,” ujar Amran dengan optimisme tinggi.
Partai X: Optimisme Tak Cukup, Petani Harus Diperkuat dan Diberdayakan
Menanggapi pernyataan tersebut, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R Saputra, menilai bahwa keberhasilan swasembada pangan tidak hanya soal produksi, tetapi juga soal keberpihakan.
“Tugas negara itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Dalam konteks pangan, artinya negara harus memastikan petani terlindungi, didukung, dan tidak ditinggalkan oleh kebijakan,” tegas Prayogi di Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Ia menekankan, swasembada pangan sejati tidak bisa diukur hanya dari angka produksi, tetapi dari kemandirian dan kesejahteraan petani. “Selama petani masih terjerat biaya produksi tinggi dan harga jual rendah, maka swasembada itu semu,” ujarnya.
Partai X mengingatkan pemerintah agar tidak terjebak pada narasi keberhasilan statistik yang menutupi kesenjangan struktural di sektor pertanian. Pembangunan pertanian sejati, menurut Partai X, adalah ketika petani menjadi subjek utama dalam sistem pangan nasional, bukan hanya pelengkap kebijakan.
Prinsip Partai X: Keadilan Pangan, Kemandirian Desa, dan Kesejahteraan Petani
Partai X menegaskan bahwa swasembada pangan bukan hanya program teknis, melainkan bagian dari kedaulatan bangsa. Prinsip Partai X menempatkan pangan sebagai hak rakyat, bukan komoditas ekonomi semata.
Pangan adalah alat kedaulatan nasional, sehingga kebijakan pangan harus berpihak pada petani kecil, buruh tani, dan masyarakat desa. “Kemandirian pangan tidak akan tercapai jika petani hanya dijadikan objek pembangunan,” tegas Prayogi.
Partai X memandang bahwa setiap kebijakan pertanian harus berpijak pada prinsip keberlanjutan dan kemandirian lokal. Negara wajib menjamin akses terhadap lahan, benih, pupuk, dan pasar yang adil bagi seluruh petani. Dengan begitu, kesejahteraan petani akan berbanding lurus dengan kemandirian bangsa.
Solusi Partai X: Sistem Pangan Berkeadilan dan Reformasi Agraria Sejati
Sebagai langkah konkret, Partai X menawarkan tiga solusi utama untuk mewujudkan swasembada pangan sejati. Pertama, melakukan reformasi agraria sejati dengan memastikan redistribusi lahan bagi petani kecil dan penguatan hak kelola komunitas.
Kedua, memperkuat sistem distribusi dan rantai pasok berbasis koperasi petani agar mereka tidak terus-menerus tergantung pada tengkulak atau korporasi besar. Pemerintah juga harus memastikan harga gabah dan hasil pertanian stabil melalui mekanisme cadangan pangan nasional.
Ketiga, mengembangkan teknologi pertanian berbasis desa agar petani mampu meningkatkan produktivitas tanpa harus kehilangan kearifan lokal. “Petani bukan objek teknologi, tapi mitra pembangunan. Negara harus hadir di sawah, bukan hanya di podium,” ujar Prayogi.
Partai X menegaskan bahwa kedaulatan pangan adalah fondasi kedaulatan bangsa. Optimisme pemerintah harus diikuti dengan kebijakan yang nyata berpihak pada petani. “Swasembada tidak akan lahir dari janji, tapi dari keberanian negara menempatkan petani di garis depan,” pungkas Prayogi R Saputra.



