By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Wednesday, 21 May 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • In-Depth
  • Undercover
Font ResizerAa
Kritis, Obyektif, SolutifKritis, Obyektif, Solutif
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Kritis, Obyektif, Solutif > Blog > Pemerintah > Kesalahan Sistem Negara: Kaum Budaya Adat Istiadat Jadi Stempel Hilangnya Kedaulatan Rakyat
Pemerintah

Kesalahan Sistem Negara: Kaum Budaya Adat Istiadat Jadi Stempel Hilangnya Kedaulatan Rakyat

Diajeng Maharani
Last updated: May 21, 2025 2:20 pm
By Diajeng Maharani
Share
4 Min Read
SHARE

Darah dan Daging Bangsa yang Kering Tanpa Jiwa

Oleh : Rinto Setiyawan, A.Md.T, CTP (Direktur Riset Sekolah Negarawan X Institute)

beritax.id – Dalam falsafah kenegaraan yang luhur, budaya dan adat istiadat adalah darah dan daging bangsa. Mereka tidak hanya menjadi penanda identitas, tetapi juga menyuplai kehidupan, kekuatan, dan keharmonisan antar elemen bangsa. Ibarat tubuh manusia, tanpa darah dan daging, jiwa tidak bisa berdiam, dan tubuh tidak bisa bergerak.

Contents
Darah dan Daging Bangsa yang Kering Tanpa JiwaJiwa Tanpa Tubuh: Bangsa Tanpa WajahBudaya Jadi Museum, Bukan KehidupanPemisahan Tubuh dan Jiwa: Alienasi SosialSolusi: Budaya Harus Kembali Menyatu dengan Jiwa Rakyat

Namun dalam sistem negara Indonesia hari ini, kaum budaya dan adat istiadat justru dipinggirkan, dijadikan simbol eksotik, atau lebih parah, sekadar stempel sahnya kekuasaan pejabat. Mereka dijadikan pelengkap upacara, bukan penjaga roh kebangsaan. Akibatnya, kedaulatan rakyat tercerabut dari akar budayanya sendiri.

Jiwa Tanpa Tubuh: Bangsa Tanpa Wajah

Kondisi ini menimbulkan kekosongan identitas nasional. Rakyat kehilangan wajah sebagai satu komunitas yang menyatu dalam nilai dan sejarah. Bahasa daerah, seni tradisi, ritual adat, pakaian lokal, hingga nilai-nilai etika warisan nenek moyang mulai ditinggalkan, bukan karena kalah, tapi karena dimiskinkan peran strategisnya.

Budaya Indonesia justru dikomodifikasi: dijual sebagai objek wisata, atau dijadikan ornamen seremonial kekuasaan. Namun jauh dari kehidupan rakyat sehari-hari. Di sinilah ironi terjadi: bangsa yang kaya budaya justru kehilangan akar budayanya sendiri.

Tanpa darah dan daging, tubuh bangsa akan membusuk pelan-pelan. Dan tanpa itu semua, jiwa rakyat pun kehilangan tempat untuk berpijak.

Budaya Jadi Museum, Bukan Kehidupan

Kaum budaya dan adat istiadat kini terjebak menjadi kurator sejarah, bukan pelaku transformasi nilai. Tradisi hanya dipentaskan dalam festival, bukan dirayakan dalam kehidupan. Upacara adat hanya disorot saat perayaan kenegaraan, bukan dibina sebagai nilai hidup.

You Might Also Like

Sri Mulyani Waspadai Ekonomi Global, Partai X: Transisi Energi Tak Akan Jalan Kalau Rakyat Tak Mampu Bayar Listrik!
RUU KUHAP Dikebut? Partai X: Undang-undang Bukan Resep Mi Instan, Jangan Main Cepat!
The Power of Grassroots Political Movements
LHKPN Deddy Sitorus Bermasalah? Partai X Desak KPK: Bongkar Sampai ke Akar!

Kaum budaya tidak lagi berada di tengah rakyat, melainkan terkurung dalam birokrasi kebudayaan. Banyak tokoh adat yang justru menjadi alat legitimasi kekuasaan: mengangkat gelar kepada penguasa, memberi doa restu kepada pejabat, tetapi lupa bahwa nilai sejati adat adalah berpihak kepada keseimbangan dan keluhuran hidup rakyat.

Pemisahan Tubuh dan Jiwa: Alienasi Sosial

Ketika budaya terpisah dari rakyat, terjadilah alienasi identitas. Masyarakat tidak lagi memiliki pijakan nilai yang jelas. Di satu sisi, mereka dibombardir modernitas tanpa akar. Di sisi lain, mereka merasa canggung dengan adat yang dianggap kaku dan “ketinggalan zaman.”

Hasilnya adalah generasi yang tercerabut, tanpa arah, tanpa akar. Konflik identitas pun tumbuh: antara gaya hidup global yang nihilis dan warisan lokal yang tidak lagi dipahami.

Falsafah Jawa mengingatkan kita bahwa “nguri-uri kabudayan” bukan berarti mengawetkan masa lalu dalam formalitas mati, tapi menghidupkan nilai-nilai lokal agar menyatu dengan denyut jiwa rakyat hari ini. Budaya bukan benda mati, melainkan energi kehidupan sosial.

Budaya yang Dipinggirkan = Negara yang Lumpuh Rasa

Ketika sistem negara tidak menempatkan kaum budaya sebagai darah dan daging bangsa, maka nilai keadaban pun hilang. Negara bisa jadi kuat dalam infrastruktur, tapi keropos dalam makna. Hukum ditegakkan tanpa empati. Kebijakan dibuat tanpa memahami konteks sosial. Keadilan menjadi prosedur, bukan rasa.

Budaya adalah yang mengalirkan “rasa” ke dalam sistem negara. Tanpa itu, negara hanya menjadi mesin: efisien, tapi tidak manusiawi.

Solusi: Budaya Harus Kembali Menyatu dengan Jiwa Rakyat

Amandemen Kelima UUD 1945 harus mengembalikan kaum budaya dan adat istiadat ke posisi sejatinya, sebagai:

  • Penjaga rasa kebangsaan dan penuntun arah etika negara;
  • Mitra strategis rakyat dan lembaga negara dalam menyusun harmoni kebijakan;
  • Pusat nilai yang harus hidup, bukan hanya dilestarikan;
  • Pilar representatif dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai unsur budaya bangsa yang hidup.

“Jika budaya hanya jadi pajangan, maka negara hanya jadi panggung. Kita butuh budaya yang berdarah, yang menyatu dengan penderitaan, harapan, dan perjuangan rakyat.”



TAGGED:Berita Trending
Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article grup facebook Grup Fantasi Sedarah di Facebook, Partai X: Bukan Soal Teknologi, Tapi Soal Negara Kehilangan Arah Moral!
Next Article Wamenaker Bilang Perjuangkan Ojol, Partai X: Rakyat Turun ke Jalan, Pemerintah Turun di Panggung!

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Pemerintah

Analyzing the Effects of Political Polarization

August 2, 2021
Pemerintah

Pemilu Serentak Dibilang Hemat, Ternyata Boros: Partai X Tanya, Apa yang Dihitung Biaya atau Demokrasi?

May 21, 2025
Pemerintah

The Role of the Judiciary in the Political System

August 1, 2021
Pemerintah

The Importance of Voting in Local Elections

August 7, 2021

You May also Like

Pemerintah

KPK Umumkan 5 Tersangka Kasus LPEI! Partai X: Siapa Dalang di Balik Rugi Rp11,7 Triliun?

March 8, 2025
Pemerintah

Aturan Baru Kawasan Hutan: Solusi atau Beban Baru? Partai X: Rakyat Harus Jadi Prioritas, Bukan Korban Aturan

March 12, 2025
Pemerintah

Regulasi Digital Dikebut! Partai X Ingatkan: Jangan Sampai Industri Pos dan Logistik Kalah Start!

April 1, 2025
Pemerintah

Ormas Palak THR? Partai X Desak Pemerintah Tindak Tegas Tanpa Pandang Bulu!

March 27, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Renewable Energy
  • Politics
  • Hot
  • Undercover
  • Highlight
  • Infografis
  • In-Depth
  • Konten Video
  • Policy Analysis
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.