beritax.id – Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menyatakan tidak memiliki kapasitas untuk memimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hal ini ia sampaikan saat menanggapi kabar dirinya masuk dalam bursa calon ketua umum partai berlambang Kabah tersebut.
“Terus terang, saya enggak punya kemampuan untuk memimpin PPP,” kata Gus Ipul di Gedung DPR RI, Selasa (20/5/2025). Ia mengaku ada banyak sosok lain, baik dari internal maupun eksternal, yang lebih layak memimpin.
Isu Lama Kembali Muncul, Gus Ipul Klaim Hanya Jadi Nama Tempelan
Menurut Gus Ipul, kabar pencalonannya selalu muncul menjelang muktamar PPP. Namun, biasanya isu tersebut cepat hilang. Ia mengaku tidak terlibat aktif dalam diskusi serius soal pencalonan itu dan lebih memilih fokus membantu Presiden.
Sementara itu, terdapat delapan nama yang digadang-gadang maju sebagai calon ketua umum PPP. Tiga berasal dari internal: Sandiaga Uno, Arwani Thomafi, dan Gus Yasin. Lima lainnya dari eksternal, termasuk Gus Ipul sendiri.
Partai X: Kejujuran itu Langka, Tapi Jangan Jadi Tameng dari Tanggung Jawab
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menilai pengakuan Gus Ipul sebagai bentuk kejujuran yang patut diapresiasi. Namun ia mengingatkan, kejujuran tak boleh dijadikan alasan untuk lari dari tanggung jawab moral terhadap perbaikan partai.
“Kejujuran penting, tapi jangan jadi alibi untuk menghindar dari tugas besar membenahi partai,” ujar Rinto. Ia menyebut bangsa ini butuh tokoh-tokoh yang berani memikul beban perubahan, bukan hanya menolaknya secara halus.
Negara Butuh Pemimpin yang Melindungi, Melayani, dan Mengatur Rakyat, Bukan Sekadar Jaga Citra
Rinto mengingatkan kembali bahwa tugas negara adalah melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Termasuk dalam hal ini, partai politik sebagai sarana kaderisasi harus memiliki pemimpin yang bersedia berjuang, bukan sekadar menolak peran.
Menurutnya, partai sering gagal mencetak negarawan karena para pejabatnya lebih peduli pada posisi nyaman ketimbang tanggung jawab perubahan.
Partai X memandang bahwa politik adalah alat perjuangan untuk menjalankan kewenangan secara efektif, efisien, dan transparan. Pemimpin sejati tak pernah memilih waktu ideal, karena setiap masa adalah panggilan untuk bertindak.
Negara adalah bus, rakyat adalah pemiliknya, dan para pemimpin adalah sopir yang wajib membawa ke tujuan. Jika sopir enggan mengemudi karena takut tantangan, maka rakyat akan terus terombang-ambing tanpa arah.
Solusi Partai X: Reformasi Parpol, Kaderisasi Negarawan, dan Peneguhan Nilai Kedaulatan Rakyat
Partai X menyodorkan sejumlah solusi konkret untuk memperbaiki sistem kepemimpinan partai:
- Bubarkan partai yang tidak menjalankan pendidikan politik dan kaderisasi berkelanjutan.
- Bentuk Dewan Kedaulatan Rakyat adhoc untuk mengawasi sistem demokrasi internal partai.
- Wajibkan pelaporan keterbukaan partai ke publik, termasuk sistem perekrutan calon pemimpin.
- Dorong Amandemen Kelima UUD 1945 agar kedaulatan rakyat kembali menjadi poros utama sistem pemerintahan.
- Terapkan audit integritas bagi semua calon pemimpin parpol dengan partisipasi publik.
Melalui Sekolah Negarawan, Partai X berkomitmen mencetak pemimpin dengan keberanian moral, integritas tinggi, dan kepekaan terhadap penderitaan rakyat. Kaderisasi bukan soal popularitas, tapi soal kemampuan menanggung risiko demi kebaikan bangsa.
“Kalau semua mengaku tidak mampu, siapa yang akan memimpin negeri ini ke arah lebih adil?” kata Rinto.
Partai X mengingatkan bahwa bangsa ini tidak kekurangan tokoh, tapi kekurangan tekad. Jika kejujuran tidak diiringi keberanian, maka perubahan hanya akan jadi wacana. Saat rakyat menunggu pemimpin, jangan justru para tokoh sibuk menolak tanggung jawab.