beritax.id – Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,75%. Pada Kamis (24/4/2025), nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp16.865/US$, melemah tipis sebesar 0,03%. Ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi menambah tekanan terhadap mata uang Indonesia.
Sementara itu, meskipun indeks dolar AS (DXY) mengalami penurunan 0,4% pada hari yang sama, melemah ke angka 99,44. Pelemahan ini tidak cukup untuk memperkuat rupiah. Ketidakpastian ekonomi, terutama dampak dari ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, terus mempengaruhi pasar keuangan global. Di sisi lain, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga menjadi langkah untuk meredam tekanan inflasi, namun dampaknya terhadap rupiah tetap minim.
Partai X: Tugas Negara Melindungi Rakyat, Jangan Diam Saat Rakyat Tertekan
Prayogi R Saputra, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute, menegaskan bahwa tugas utama pemerintah adalah melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. “Di saat rupiah melemah, rakyat tertekan oleh inflasi dan biaya hidup yang semakin tinggi. Pemerintah tidak boleh hanya menonton perkembangan ini,” ujar Prayogi.
Menurut Prayogi, langkah BI untuk mempertahankan suku bunga di level 5,75% mungkin diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Namun kebijakan ini tidak cukup untuk mengatasi masalah utama yang dihadapi oleh rakyat, yakni melemahnya daya beli dan ketidakpastian ekonomi global. “Pemerintah harus lebih aktif mengatasi pelemahan rupiah yang langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari rakyat. Jangan hanya mengandalkan kebijakan suku bunga yang tidak menyentuh langsung kebutuhan masyarakat,” tambah Prayogi.
Pemerintah Harus Hadir untuk Menjaga Ekonomi Rakyat
Prayogi mengingatkan bahwa pemerintah perlu lebih proaktif dalam mengambil langkah-langkah konkret untuk menanggulangi pelemahan rupiah. “Pemerintah harus memperkuat sektor-sektor domestik, mendorong investasi, dan memperbaiki struktur ekonomi agar ketergantungan pada dolar AS bisa dikurangi,” tegasnya.
Selain itu, menurut Prayogi, langkah-langkah jangka panjang seperti penguatan sektor industri dalam negeri dan diversifikasi ekspor juga harus diprioritaskan. “Rakyat tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan suku bunga. Solusi nyata harus diberikan untuk menghadapi tekanan ekonomi global yang terus berkembang,” ungkapnya.
Dolar yang terus menguat terhadap rupiah menunjukkan ketergantungan Indonesia pada mata uang asing. Prayogi menilai bahwa ini adalah waktu yang tepat bagi pemerintah untuk mengevaluasi kembali kebijakan ekonomi yang ada dan memastikan adanya solusi yang lebih menyeluruh. “Kita harus mencari solusi untuk memperkuat rupiah tanpa hanya mengandalkan kebijakan moneter yang terbatas,” tutup Prayogi.