beritax.id – Demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR RI pada Senin, 25 Agustus 2025 berakhir ricuh. Massa mendesak barikade beton dan berhadapan langsung dengan aparat kepolisian. Sejumlah peserta aksi terluka akibat benturan. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto dan tol dalam kota sempat lumpuh.
Suara Partai X
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menyayangkan cara negara menangani aspirasi rakyat. Ia menegaskan, tugas negara itu tiga yaitu melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. “Sayangnya, yang dijaga justru barikade beton. Sedangkan rakyat dibiarkan berdarah di jalan,” ujarnya.
Menurut Partai X, rakyat adalah pemilik kedaulatan. Pemerintah hanya pelayan, bukan penguasa. Dalam konteks demo, perlindungan seharusnya diutamakan pada rakyat, bukan gedung atau fasilitas.
Partai X menegaskan, negara adalah entitas yang terdiri dari wilayah, rakyat, dan pemerintah. Pemerintah hanyalah sebagian kecil rakyat yang diberi mandat.
Analogi Partai X, negara ibarat bus. Pemilik bus adalah rakyat, sopirnya pemerintah. Jika sopir ugal-ugalan, rakyat berhak mengganti. “Saat rakyat bersuara, seharusnya negara hadir dengan telinga, bukan tameng dan gas air mata,” tegas Rinto.
Dalam Partai X, kondisi negara saat ini diibaratkan rumah rusak. Malfungsi lembaga negara membuat rakyat kehilangan kepercayaan. Demonstrasi ricuh hanyalah gejala dari kerusakan yang lebih dalam: rakyat tidak lagi merasa dilindungi. Aparat lebih sibuk menjaga simbol kekuasaan dibanding menjaga keselamatan rakyat.
Solusi Partai X
Partai X menawarkan jalan keluar. Pertama, mengembalikan kedaulatan rakyat melalui Amandemen Kelima UUD 1945. Kedua, memisahkan secara tegas negara dan pemerintah, agar rezim jatuh tidak menyeret negara. Ketiga, reformasi hukum agar tidak bisa dibeli. Keempat, transformasi birokrasi digital untuk memangkas rantai korupsi.
Selain itu, pendidikan politik bagi generasi muda harus diperkuat. Dengan begitu, rakyat
Partai X menegaskan, negara ada untuk rakyat. Jika demonstrasi dijawab dengan gas air mata, itu tanda pemerintah salah arah. Rakyat tidak boleh terus menjadi korban luka, sementara pejabat berlindung di balik barikade beton.