beritax.id – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dikenal melalui video viral yang memperlihatkan aksinya menegur sopir truk limbah. Kanal YouTube resminya sering menampilkan gaya emosional kuat, mulai dari marah hingga menangis. Pendekatan ini memperlihatkan gaya komunikasi populis dengan klaim membela rakyat melawan pejabat. Namun, gaya ini lebih bersifat performatif ketimbang menyelesaikan masalah struktural yang dialami masyarakat. Video-video tersebut banyak menarik perhatian publik dan media.
Dalam studi populisme, ada dua pendekatan utama: ideologi dan gaya komunikasi. Di Indonesia, pendekatan gaya komunikasi lebih relevan karena politisi jarang terafiliasi ideologi tertentu. Gaya komunikasi populis meliputi klaim mewakili rakyat melawan musuh bersama, narasi krisis, dan penyampaian nonkonvensional. Ini sangat terlihat dalam kepemimpinan Dedi Mulyadi yang membangun hubungan emosional dengan publik. Namun, pendekatan ini kerap mengaburkan substansi solusi yang nyata.
Partai X: Gaya Heboh Tak Menjamin Rakyat Terlayani dengan Baik
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R Saputra, mengapresiasi keberanian beraksi, namun mempertanyakan efektivitas gaya tersebut. “Gaya heboh dan emosional sering jadi hiburan, tapi rakyat tetap dibohongi,” ujarnya. Menurut Prayogi, kepemimpinan sejati tidak cukup dengan performa semata, melainkan harus mampu memberi solusi konkret dan berkelanjutan bagi rakyat. Ia menilai seringkali gaya tersebut hanya menutupi kegagalan sistem yang sesungguhnya.
Prayogi menegaskan kembali tugas dasar pemerintah sesuai konstitusi. “Tugas pemerintah itu tiga loh: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat,” kata Prayogi. Ia menekankan bahwa kepemimpinan harus berorientasi pada pelayanan nyata dan pengelolaan sumber daya secara adil. Jika kepemimpinan hanya mengandalkan retorika, maka rakyat akan terus menjadi korban ketidakadilan sosial dan ekonomi.
Partai X berpegang pada prinsip bahwa kekuasaan harus dijalankan secara transparan dan bertanggung jawab kepada rakyat.
Demokrasi bukan hanya soal pencitraan atau aksi panggung, melainkan tentang kesejahteraan dan keadilan sosial. “Rakyat berhak mendapat pemimpin yang bukan sekadar tampil di kamera, tapi benar-benar bekerja untuk mereka,” ujar Prayogi. Prinsip Partai X mengedepankan integritas dan keberlanjutan dalam kepemimpinan.
Solusi Partai X: Kepemimpinan Berbasis Data, Kinerja, dan Keterlibatan Publik
Partai X mendorong reformasi kepemimpinan melalui mekanisme berbasis data dan evaluasi kinerja nyata. Pertama, gunakan indikator kinerja pembangunan yang transparan dan dapat diakses publik. Kedua, libatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan agar aspirasi mereka terwakili. Ketiga, tingkatkan kapasitas pemimpin melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Keempat, bangun sistem akuntabilitas yang ketat untuk mengawasi janji dan capaian pemimpin. Kelima, dorong komunikasi yang jujur, bukan sekadar retorika yang menipu.
Partai X menyerukan pemimpin yang baik harus mempunya jiwa yang mampu memotivasi, menginspirasi, dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama, hal ini berdasar nilai yang terkandung dalam Sekolah Negarawan.
Partai X mengingatkan bahwa rakyat berhak atas kepemimpinan yang serius dan berintegritas, bukan sekadar tontonan emosional. Gaya kepemimpinan performatif harus diimbangi dengan substansi dan hasil nyata. “Jangan biarkan rakyat terus dibohongi hanya karena gaya heboh dan atraktif,” tutup Prayogi.