beritax.id – Kegiatan Antara Goes to Campus digelar di Universitas Nusa Putra, Sukabumi, pada Selasa. Acara ini mengangkat tema Peran Media Dalam Membangun Peradaban Bangsa di Era Digital. Antusiasme tinggi ditunjukkan oleh mahasiswa dari Fakultas Teknik Komputer, Desain, dan Humaniora yang hadir di kuliah umum tersebut.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perum LKBN Antara. Sebelumnya, pelatihan jurnalistik telah diberikan di Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Kuliah umum kali ini menghadirkan anggota DPR RI Komisi VII Iman Adinugraha dan Redaktur Pelaksana Direktorat Pemberitaan Antara, Teguh Priyanto.
Partai X: Mahasiswa Tak Butuh Seremoni, Tapi Ruang Menggugat Realita
Direktur X-Institute sekaligus Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R Saputra, menyampaikan kritik tajam terhadap format acara tersebut. Ia menilai bahwa forum semacam ini hanya menyajikan wajah media dalam versi satu arah. “Mahasiswa tidak butuh kuliah penghibur. Mereka butuh ruang kritis untuk menggugat realita,” ujar Prayogi.
Menurut Partai X, literasi media bukan hanya soal memilah informasi, tapi juga keberanian untuk mempertanyakan narasi dominan yang kadang membungkam suara minoritas. Ketika media hanya hadir sebagai penguat pemerintah, bukan sebagai penjaga kebenaran, maka peradaban yang dibangun hanya bersifat artifisial.
Negara Harus Lindungi, Layani, dan Atur Rakyat, Termasuk dalam Informasi
Partai X menegaskan, negara memiliki tiga tugas utama: melindungi, melayani, dan mengatur rakyat. Literasi media seharusnya tidak berhenti pada ajakan menjadi penonton yang cerdas, melainkan harus mendorong rakyat sebagai aktor kritis.
Mahasiswa wajib dilatih untuk menjadi penantang narasi palsu, bukan sekadar konsumen data pemerintah.
Partai X menolak media dijadikan alat penggiring opini tanpa keberimbangan. Dalam prinsipnya, media harus berperan sebagai cermin, bukan etalase kekuasaan. Jurnalisme positif tidak boleh dimaknai sebagai jurnalisme bungkam. Peradaban tidak akan dibangun lewat narasi tunggal, tetapi oleh dialektika, kritik, dan keberanian menyuarakan ketimpangan.
Solusi Partai X: Wujudkan Kampus Merdeka Informasi, Bukan Monolog Institusi
Partai X mengusulkan program Kampus Merdeka Informasi. Program ini membuka ruang dialog kritis antara mahasiswa, media, dan rakyat. Alih-alih menjejali mahasiswa dengan ceramah sepihak, pemerintah dan BUMN media seperti Antara harus menghadirkan forum perdebatan publik.
Media milik negara juga harus membuka kolom rakyat, di mana pelajar, petani, buruh, dan warga adat bisa menyampaikan suara tanpa sensor. Inilah bentuk keberpihakan pada keadilan informasi.
Sekolah Negarawan Partai X mengajarkan bahwa mahasiswa adalah generasi penggerak, bukan hanya pelahap narasi. Mereka harus menjadi pembentuk peradaban yang tahan terhadap manipulasi, dan kuat dalam mengkritik kebijakan publik.
Melalui pendidikan politik yang memihak rakyat, mahasiswa dilatih untuk tidak takut membongkar kemapanan. Mereka didorong menjadi pemimpin masa depan yang berani mengatakan “tidak” saat semua media berkata “iya”.
Partai X mengakhiri pernyataan dengan mengingatkan bahwa literasi tanpa keberanian bersuara hanya melahirkan manusia patuh. Jika mahasiswa hanya disuguhi tontonan media tanpa diajak berpikir kritis, maka bangsa ini sedang mencetak generasi penonton, bukan pengubah keadaan. Media publik harus kembali ke fungsi sejatinya: mewakili rakyat, bukan memoles kekuasaan.