Oleh Rinto Setiyawan – Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute
beritax.id – Ketika kita berbicara tentang bencana sosial, kita tidak sedang membahas gempa bumi, tsunami, atau letusan gunung. Yang kita maksud adalah retaknya sendi-sendi kebersamaan, pecahnya hubungan sosial, dan hancurnya nilai kemanusiaan di tengah masyarakat. Sebuah disintegrasi sosial yang mengarah pada kehancuran bangsa secara perlahan namun pasti.
Bencana ini terlihat dari banyaknya konflik horizontal, meningkatnya kriminalitas, hilangnya kepercayaan antarwarga, lunturnya gotong royong, dan merosotnya etika publik. Semua ini bukan terjadi secara kebetulan, melainkan konsekuensi logis dari kesalahan struktur ketatanegaraan yang kita warisi dan pertahankan.
Negara Gagal Menyatukan, Justru Menciptakan Sekat-Sekat Sosial
Struktur negara yang baik seharusnya menjadi pemersatu, pelindung, dan penyemai nilai-nilai kebangsaan. Tapi yang terjadi hari ini justru sebaliknya: negara berubah menjadi pembelah masyarakat.
Struktur kekuasaan yang terlalu sentralistis, otoriter dalam distribusi anggaran dan kebijakan, serta tidak berpihak pada keadilan sosial, membuat kecemburuan dan ketimpangan tumbuh subur. Akibatnya, rakyat terbelah dalam kelompok-kelompok yang saling mencurigai, saling menyerang, dan saling menegasikan.
Ketika Akhlak dan Moral Runtuh
Kita sering mengeluhkan krisis moral dan akhlak di tengah masyarakat: anak-anak yang kehilangan sopan santun, pejabat yang tak malu-malu korupsi, hingga tokoh agama yang menjual ayat demi kekuasaan. Tapi jarang kita tanyakan: mengapa moral itu runtuh?
Jawabannya adalah karena sistem negara ini tidak mendidik, tidak menjadi teladan, dan bahkan sering justru memberi contoh keburukan.
Sebuah struktur negara yang tidak jujur, tidak adil, dan tidak transparan, pada akhirnya akan melahirkan rakyat yang ikut rusak secara moral, mental, dan sosial.
Keteladanan Hilang, Polarisasi Menguat
Pemimpin-pemimpin yang mestinya menjadi sumber keteladanan kini justru menjadi sumber konflik. Lembaga-lembaga negara malah ikut melanggengkan identitas kelompok, mempertajam perbedaan, dan membiarkan rakyat terpecah-pecah.
Polarisasi yang terjadi tidak hanya terjadi secara kelompok atau golongan, tetapi sudah merembes menjadi perpecahan sosial. Masyarakat tidak lagi saling percaya, tidak lagi saling bantu, dan bahkan tidak lagi merasa sebagai bagian dari satu bangsa.
Struktur yang Salah, Hati Rakyat pun Ikut Salah Arah
Struktur ketatanegaraan yang keliru tidak hanya salah dalam mengatur kekuasaan, tetapi juga gagal dalam membentuk kesadaran kolektif bangsa.
Jika negara tak menghadirkan rasa adil, maka rakyat pun tak lagi peduli terhadap sesama.
Ketika negara membiarkan hukum dilanggar, maka rakyat pun belajar untuk tak patuh.
Jika negara memelihara korupsi, maka rakyat pun belajar untuk mengambil jalan pintas.
Inilah bencana sosial yang paling berbahaya: runtuhnya akhlak bangsa sebagai akibat langsung dari cacatnya struktur negara.
Penutup: Solusi Bukan Tambal Sulam, Tapi Perombakan Akar
Kita tak bisa mengatasi disintegrasi sosial hanya dengan seruan moral atau himbauan etika. Karena akar dari semua ini adalah sistem yang tidak berpihak pada kemanusiaan.
Sudah saatnya kita membangun ulang struktur negara yang berpijak pada keadilan sosial, pada nilai Pancasila yang sejati, dan pada sistem yang menjadikan rakyat bukan hanya objek kebijakan, tetapi jiwa dari negara itu sendiri.
Bila tidak, bangsa ini akan tetap sibuk membenahi permukaan, sementara fondasi sosialnya terus keropos oleh ketimpangan, kebencian, dan keputusasaan.