beritax.id — Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai perdamaian di Timur Tengah selalu gagal terwujud. Dalam wawancara khusus dengan CNN Indonesia, SBY menyebut konflik di kawasan tersebut sangat kompleks dan melibatkan aktor dari luar wilayah.
Menurutnya, prakarsa gencatan senjata di Gaza kerap kandas meski sudah di depan mata. Ia menyoroti dukungan sepihak dari kekuatan global sebagai penyebab utama konflik terus berlanjut.
SBY juga menyinggung kegagalan Dewan Keamanan PBB dalam mengeluarkan resolusi yang bisa ditegakkan. Resolusi yang tidak enforceable membuat konflik sulit diakhiri secara adil. “Jangan menyerah. Masih ada jendela kesempatan. Tapi harus terus diperjuangkan,” ujar SBY dalam wawancara tersebut.
Partai X: Sebelum Bicara Timur Tengah, Lihat Dulu Rumah Sendiri
Menanggapi pernyataan SBY, Anggota Majelis Tinggi Partai X Prayogi R. Saputra mengajak pemerintah dan pejabat untuk lebih mawas diri. “Sebelum terlalu sibuk bicara damai di luar negeri, lebih baik kita lihat gaduh di dalam,” tegasnya di Jakarta.
Menurut Prayogi, banyak konflik horizontal dan sosial di dalam negeri yang belum terselesaikan. Masalah intoleransi, konflik agraria, hingga pelanggaran HAM belum mendapat perhatian serius pemerintah.
Partai X menegaskan bahwa tugas negara bukan hanya tampil diplomatik di luar negeri. Tugas utama negara adalah melindungi rakyat, melayani kebutuhan dasar, dan mengatur kehidupan berbangsa secara adil.
Prayogi menilai, konflik dalam negeri bisa dihindari jika pemerintah sungguh-sungguh menjalankan fungsi dasar tersebut. “Kalau rakyat terjamin, damai itu bukan utopia. Tapi kenyataan,” ujarnya.
Solusi Partai X: Pemimpin Harus Punya Jiwa Negarawan
Partai X menilai, kegaduhan di dalam negeri muncul karena minimnya karakter negarawan dalam kepemimpinan. Oleh karena itu, Partai X mendorong penguatan Sekolah Negarawan sebagai solusi strategis.
Sekolah ini bertujuan mencetak pemimpin berintegritas, berpikir kritis, dan memahami hakikat keadilan sosial. Dengan pendekatan ini, bangsa tidak lagi bergantung pada diplomasi simbolik, tapi benar-benar menjadikan rakyat sebagai pusat kebijakan.
Prayogi menegaskan, tidak mungkin bicara perdamaian global jika dalam negeri masih penuh ketimpangan dan konflik. Partai X menyerukan agar pemerintah fokus pada penataan ke dalam sebelum menjadi juru damai ke luar.
“Jangan sampai kita berpidato soal perdamaian di forum internasional, tapi menutup mata pada kekerasan di tanah sendiri,” ujar Prayogi.
Penutup: Diplomasi Tanpa Keteladanan Hanya Jadi Panggung Kosong
Bagi Partai X, diplomasi tanpa teladan hanya akan menjadi retorika. Perdamaian harus dimulai dari keadilan di dalam negeri. Jika negara abai terhadap penderitaan rakyat sendiri, maka kepeduliannya terhadap konflik global akan tampak semu.
Menurut Partai X Negara harusnya menghadirkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Bukan sekadar alat tampil di panggung dunia. Maka sebelum bicara Gaza, lihat dulu Papua, Wadas, Rempang, dan korban di depan mata. Karena damai sejati harus dimulai dari rumah sendiri.