beritax.id – Perubahan gaya hidup di kota-kota besar, termasuk Jakarta, telah mengubah pola konsumsi kopi masyarakat. Industri kopi nasional pun menanggapi perubahan ini dengan berbagai inovasi untuk memenuhi kebutuhan generasi baru penikmat kopi.
Hasil studi Innova Market Insight 2025 bersama Tetra Pak mengungkap, rasa enak menjadi alasan utama (64 persen) konsumen memilih kopi siap minum (RTD). Selain itu, alasan relaksasi (62 persen) dan sensasi bahagia (50 persen) turut memperkuat tren minuman ini di pasar lokal.
Marketing Director Tetra Pak untuk Asia Tenggara, John Jose, menyebut tren kopi RTD mencerminkan perubahan nilai hidup masyarakat urban. Konsumen, khususnya Gen Z, menyukai cita rasa kuat dan menganggap produk RTD lebih sehat serta alami. Sebanyak 42 persen responden menyatakan pentingnya bahan alami dalam produk kopi mereka.
Kemasan yang ramah lingkungan juga menjadi pertimbangan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran konsumen terhadap keberlanjutan meningkat. Selain itu, 60 persen Generasi Z lebih menyukai kopi dengan cita rasa intens daripada ringan.
Kopi Bertumbuh, Pemerintah ke Mana?
Menanggapi data tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal Partai X, Aziza Mukti, menyampaikan kritik keras terhadap pemerintah. Menurutnya, pertumbuhan industri kopi RTD terjadi karena inisiatif pasar, bukan peran negara. “Pemerintah itu punya tiga tugas: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Tapi di sektor ini, mereka absen,” tegas Aziza.
Ia menambahkan, para pelaku industri telah mengerahkan inovasi luar biasa tanpa kepastian dukungan infrastruktur, insentif, atau perlindungan pasar lokal. “Ini bukan sekadar soal selera. Ini soal sistem yang tak berpihak pada petani dan pelaku kreatif,” katanya.
Badan Pusat Statistik mencatat ekspor kopi Indonesia mencapai 342,22 ribu ton dari Januari hingga September 2024. Nilainya setara Rp25,1 triliun. Namun angka itu menurut Aziza tidak otomatis mencerminkan keberhasilan pemerintah. “Kita ekspor besar, tapi petani masih dicekik harga rendah. Pemerintah diam saja,” ujar Aziza.
Partai X menilai pemerintah hanya hadir saat klaim sukses, namun tak peduli pada proses panjang yang dijalani pelaku industri. Dari hulu ke hilir, sistem masih minim perlindungan dan regulasi progresif.
Saatnya Pemerintah Bangun Ekosistem, Bukan Sekadar Bangga Angka
Aziza menegaskan, perlu langkah nyata agar industri kopi tidak hanya mengandalkan tren konsumen, tetapi juga ditopang negara. Hal itu bisa dimulai dari program riset, perlindungan harga, hingga edukasi petani di desa-desa.
“Jangan terus andalkan gaya hidup warga kota sebagai motor ekonomi. Negara harus turun tangan sejak kebun sampai gelas,” tegasnya.
Sebagai partai yang menjunjung prinsip kritis, objektif, dan solutif, Partai X menyerukan pembaruan kebijakan kopi nasional. Pemerintah harus membangun sistem rantai pasok yang adil. Bukan hanya mengurus branding luar negeri, tetapi menjamin kesejahteraan petani dan UMKM dalam negeri.
“Rakyat sudah menciptakan inovasi sendiri. Kini giliran negara memberi kepastian hukum, jaminan harga, dan pasar,” ujar Aziza.