beritax.id – Dunia sedang bergerak cepat menuju era teknologi yang semakin canggih. Artificial intelligence, otomasi industri, rekayasa genetika, hingga sistem digital berskala besar kini menjadi bagian dari kehidupan. Namun pertanyaan penting muncul: apakah kemajuan ini benar-benar memanusiakan masyarakat, atau justru mengancam keberlangsungan hidup banyak orang?. Teknologi tanpa etika hanyalah mesin yang bekerja tanpa mempertimbangkan manusia di belakangnya.
Perekayasaan Sistem yang Melupakan Dampak Sosial
Dalam banyak proyek teknologi, efisiensi sering dianggap sebagai tujuan utama. Namun di balik efisiensi itu, ada pekerja yang kehilangan pekerjaan, ada komunitas yang terpinggirkan, dan ada ruang publik yang berubah menjadi arena dominasi digital. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia, tetapi ketika perencanaannya hanya didorong kepentingan ekonomi, maka yang terjadi adalah perekayasaan yang mengabaikan kemanusiaan.
Kemajuan tidak boleh dibangun di atas penderitaan kelompok yang paling rentan.
Ketergantungan Digital yang Menggerus Kedaulatan Individu
Masyarakat kini semakin bergantung pada sistem digital: mulai dari layanan publik, pendidikan, kesehatan, hingga keuangan. Namun ketika teknologi dikendalikan oleh segelintir pihak, risiko penyalahgunaan data, manipulasi informasi, dan ketidaksetaraan akses semakin besar. Tanpa pengawasan yang kuat, teknologi dapat berubah menjadi alat kontrol yang mengurangi kebebasan warga. Kedaulatan digital harus menjadi bagian dari kedaulatan rakyat.
Teknologi Tanpa Regulasi Memicu Krisis Baru
Sejumlah inovasi berjalan lebih cepat daripada regulasi yang mampu mengatur. Drone beroperasi tanpa batas, sistem AI membuat keputusan tanpa akuntabilitas, dan industri digital memperluas pengaruh tanpa memikirkan dampaknya pada privasi maupun kesehatan mental masyarakat. Jika negara tidak hadir, masyarakat akan menjadi objek eksperimen tanpa perlindungan.
Teknologi yang dibiarkan liar dapat menciptakan krisis sosial baru.
Di satu sisi, teknologi memberi kemudahan. Namun di sisi lain, ia juga menciptakan jurang baru antara mereka yang memiliki akses penuh dan mereka yang tidak. Pendidikan digital, layanan online, hingga peluang ekonomi berbasis teknologi hanya dapat dinikmati kelompok tertentu. Sementara itu, rakyat sering kali terhambat oleh keterbatasan koneksi, perangkat, serta literasi digital.
Kemajuan teknologi tidak berarti apa-apa jika meninggalkan mayoritas rakyat.
Solusi: Teknologi Harus Diatur untuk Melindungi Manusia, Bukan Menggantikan Mereka
Untuk memastikan teknologi tidak mengabaikan kemanusiaan, negara perlu mengambil langkah strategis dan tegas. Pertama, regulasi teknologi harus diperkuat dengan menempatkan perlindungan manusia, etika, dan hak publik sebagai dasar utamanya. Kedua, pemerintah perlu memastikan akses teknologi merata melalui pembangunan infrastruktur digital yang inklusif, terutama di daerah tertinggal. Ketiga, industri teknologi harus diwajibkan melakukan audit etika, dampak sosial, dan keamanan data sebelum menerapkan inovasi secara luas. Keempat, pendidikan literasi digital harus ditingkatkan agar masyarakat tidak sekadar menjadi pengguna, tetapi juga mampu melindungi dirinya di era digital. Kelima, negara harus memastikan bahwa setiap inovasi teknologi tetap dalam kendali kebijakan publik, bukan semata dikendalikan oleh kepentingan korporasi. Teknologi boleh maju, tetapi martabat manusia harus menjadi pusat dari setiap keputusan.
Kesimpulan: Teknologi Tanpa Tanggung Jawab Adalah Ancaman bagi Kemanusiaan
Kemajuan teknologi seharusnya menghadirkan kehidupan yang lebih baik, lebih mudah, dan lebih manusiawi. Namun jika tidak dikelola dengan bijak, teknologi justru berpotensi menciptakan ketimpangan, krisis, dan dehumanisasi.
Teknologi harus menjadi alat yang membebaskan manusia, bukan menguasai atau menggantikan mereka.



