By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Tuesday, 9 September 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Seputar Pajak
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Seputar Pajak
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
Font ResizerAa
Berita XBerita X
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Berita X > Blog > Seputar Pajak > Sri Mulyani dan Penjarahan Rumahnya: Benarkah Karma Mafia Berkeley?
Seputar Pajak

Sri Mulyani dan Penjarahan Rumahnya: Benarkah Karma Mafia Berkeley?

Diajeng Maharani
Last updated: September 8, 2025 8:20 am
By Diajeng Maharani
Share
5 Min Read
SHARE

Oleh: Redaksi Radius Opini

beritax.id – Pada akhir Agustus 2025, publik diguncang oleh kabar penjarahan rumah pribadi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Bintaro, Tangerang Selatan. Dalam unggahan media sosialnya, Sri Mulyani menyebut penjarahan tersebut sebagai tragedi hilangnya rasa aman, kepastian hukum, dan perikemanusiaan di Indonesia. Namun peristiwa ini justru memicu diskursus lebih luas: mungkinkah ini sebuah bentuk “karma sosial”, akumulasi kemarahan rakyat atas kebijakan ekonomi yang dianggap menyengsarakan?

Contents
Kebijakan Fiskal Otoriter dan Rasa Tidak AdilCak Nun dan Pesan tentang Karma

Pernyataan-pernyataan bernada moral dari Sri Mulyani disambut sinis oleh sebagian publik. Sebab, banyak kalangan merasa bahwa ketidakadilan struktural, otoritarianisme fiskal, dan pelanggaran hak rakyat atas perlakuan adil justru dilegitimasi oleh kementerian yang ia pimpin.

Dan dalam konteks sejarah politik-ekonomi Indonesia, nama Sri Mulyani tak bisa dilepaskan dari apa yang disebut sebagai “Mafia Berkeley”. Sebuah jaringan ekonom yang dituduh telah mengintervensi arah pembangunan nasional sejak Orde Baru, dengan semangat pasar bebas ala IMF dan World Bank.

Mafia Berkeley: Sebuah Jaringan Tanpa Wajah Resmi

Istilah Mafia Berkeley pertama kali diperkenalkan oleh Kwik Kian Gie, tokoh senior ekonomi dan mantan menteri perencanaan pembangunan nasional. Dalam tulisannya, Kwik menyebut kelompok ini sebagai “organisasi tanpa bentuk” yang berasal dari para ekonom Indonesia lulusan University of California, Berkeley. Mereka mendapatkan pengaruh besar dalam desain kebijakan ekonomi sejak era Soeharto hingga era reformasi.

Sri Mulyani merupakan salah satu figur kunci dari generasi baru kelompok ini. Kariernya melesat dari LPEM UI ke Bank Dunia, lalu masuk kabinet SBY, dan kini memegang kekuasaan fiskal di era Jokowi dan era Prabowo. Bahkan menurut laporan Tirto dan RMOL, pengaruh kelompok ini begitu kuat hingga mampu meminggirkan arus ekonomi kerakyatan.

You Might Also Like

Perahu Cak Nun: Menyelamatkan Peradaban lewat Gagasan Ketatanegaraan
‘Giant Sea Wall’ Jangan Tergesa-gesa! Partai X: Proyek Besar Harus Pakai Akal, Bukan Asal!
Cek Kesehatan Gratis Dievaluasi, Partai X: Programnya Bagus di Spanduk, Tapi Rakyat Masih Bayar di Lapangan!
Berantas Korupsi Fokus ke Kerugian Negara, Partai X: Pelaku Tetap Kaya, Publik Tetap Kecewa!!

Yang menjadi sorotan publik adalah bagaimana semangat neoliberal kelompok ini, yang membawa “reformasi” fiskal dan moneter, seringkali justru memperlebar kesenjangan dan melemahkan posisi rakyat.

Kebijakan Fiskal Otoriter dan Rasa Tidak Adil

Di bawah kepemimpinan Sri Mulyani, sistem perpajakan Indonesia mengalami sentralisasi kekuasaan yang luar biasa. Tercatat lebih dari 6.000 aturan perpajakan yang harus dipahami oleh wajib pajak. Dalam praktiknya, ini menciptakan situasi yang hampir mustahil bagi rakyat untuk memenuhi kewajiban tanpa celah kesalahan.

Lebih parah lagi, Ikatan Wajib Pajak Indonesia (IWPI) melaporkan adanya “otoritarianisme fiskal” yang ditopang oleh impunitas hukum. Oknum di DJP, hakim pengadilan pajak, hingga lembaga pengawas seperti Inspektorat Jenderal dan Ombudsman RI disebut tidak mampu menindak pelanggaran undang-undang secara serius. Semua ini terjadi di bawah koordinasi Kementerian Keuangan, yang seolah menjadi kekuatan tunggal dalam menentukan nasib fiskal warga negara.

Ketika rakyat menggugat atau mengadukan pelanggaran, mereka justru ditarik ke dalam labirin birokrasi yang tidak transparan. Bahkan PPID Kemenkeu sempat tidak mengakui Indonesia sebagai negara hukum secara eksplisit dalam jawabannya kepada pemohon informasi.

“Hadis Satir” dan Moralitas Pajak

Di tengah tekanan itu, muncullah sindiran keras di masyarakat:

“Bekerjalah keras hingga engkau mampu membayar pajak. Di balik gaji kecilmu, ada hak untuk pejabat.”

Kalimat ini menjadi hadis satir yang mencerminkan betapa rakyat merasa bahwa pajak yang mereka bayar justru dinikmati oleh elite politik dan birokrat, yang tidak dikenai pajak atas gaji besar mereka. Pejabat menikmati tunjangan, fasilitas, bahkan hiburan, sementara rakyat kecil harus berjuang memenuhi kewajiban fiskalnya di bawah ancaman sanksi.

Maka ketika Sri Mulyani bicara soal hilangnya kepastian hukum setelah rumahnya dijarah, rakyat bertanya:

“Bukankah rasa kehilangan itu sudah lebih dulu dirasakan oleh jutaan rakyat kecil dalam sistem yang Anda bangun?”

Cak Nun dan Pesan tentang Karma

Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) pernah mengingatkan bahwa dalam hukum Tuhan, setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dan kejahatan akan dibalas dengan hukuman. Ia menyebut hal itu sebagai “pasti, absolut, dan mutlak”.

Maka dalam logika spiritual ini, rakyat melihat penjarahan rumah Sri Mulyani bukan semata aksi kriminal, tetapi simbolik dari murka sosial terhadap sistem ekonomi-politik yang selama ini menindas. Meskipun tentu kekerasan fisik tak dapat dibenarkan, namun rasa frustasi rakyat telah menembus batas.

Penutup: Saatnya Mengakhiri Hegemoni Ekonomi OTB

Sri Mulyani bukan sekadar individu. Ia simbol dari sistem dan jaringan yang telah berkuasa terlalu lama tanpa koreksi serius. Maka jika hari ini rumahnya dijarah dan ia meratap soal hukum, ini bukan soal empati semata, ini soal refleksi struktural.

Sudah saatnya kita bertanya:
Apakah sistem fiskal, perpajakan, dan keuangan negara masih melayani rakyat?
Ataukah ia hanya memperkuat kedudukan segelintir elite yang merasa “berilmu”, namun lupa bahwa rakyatlah pemilik kedaulatan?

TAGGED:Berita Trending
Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Hadis Satir Sri Mulyani: Pajak Rakyat untuk Pejabat dan Ketidakpastian Hukum di Indonesia
Next Article Kemendagri dan Kemenkum Susun Hukum Daerah, Partai X: Rakyat Tunggu Aksi Nyata! Kemendagri dan Kemenkum Menyusun Hukum Daerah, Partai X: Rakyat Tunggu Aksi Nyata!

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Pemerintah

Danantara, Proyek Besar Tanpa Kontrol? Partai X Pertanyakan Transparansi

February 24, 2025
Ekonomi

Bank Emas Prabowo: Solusi Ekonomi atau Kontroversi Baru?

February 24, 2025
Berita Terkini

“Indonesia Gelap” dianggap Reaksi Kaget Rakyat Soal Kebijakan, Partai X: Prabowo Harus Dengarkan Aspirasi!

February 24, 2025
Ekonomi

Heboh Seruan Tarik Dana dari Bank Karena Danantara, Partai X Soroti Transparansi

February 24, 2025

You May also Like

Internasional

PBB Tekor Akibat Krisis Dana! Partai X: Tanda Bahaya atau Strategi Cerdas?

April 8, 2025
Seharusnya tidak menjauhkan perhatian dari kompleksitas persoalan masalah dalam negeri yang terus menumpuk.
Pemerintah

24 Dubes Diproses DPR, Partai X: Banyak yang Dikirim Keluar, Tapi Masalah Dalam Negeri Jangan Dibiarkan!

July 4, 2025
Pemerintah

Menko Kumham: Diaspora Mitra Penting, Partai X Desak Diplomasi yang Seimbang, Jangan Hanya Untuk Pejabat!

August 14, 2025
Sosial

Target Kemiskinan Tinggal 5 Persen, Tapi Rakyat Masih Ngemis, Partai X Ingatkan Fakta di Lapangan!

April 28, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Hot
  • Politics
  • Renewable Energy
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.