beritax.id — Di tengah dinamika pemerintahan yang kerap dipenuhi hiruk pikuk kekuasaan, Sinau Kebangsaan hadir sebagai ruang belajar yang mengingatkan kembali hakikat sederhana namun mendasar: negara ada untuk melayani rakyat, bukan menguasai mereka. Pesan ini ditegaskan oleh Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, yang menekankan bahwa anak muda perlu memahami ulang apa itu negara agar tidak terperangkap dalam ilusi kekuasaan. Sinau Kebangsaan mengajak generasi baru melihat negara sebagai alat milik rakyat, bukan panggung kepentingan pejabat.
Dalam setiap sesi Sinau Kebangsaan, Prayogi selalu menggarisbawahi tiga tugas fundamental negara: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Ia menegaskan bahwa kegagalan memahami tiga pilar ini dapat membuat pejabat salah arah, sehingga negara berubah menjadi instrumen pembatas, bukan pelayan. Anak muda diajak untuk memahami bahwa negara baru dapat bekerja dengan benar bila kepemimpinan berjalan di atas etika, akal sehat, dan orientasi pelayanan publik.
Prinsip Partai X: Negara Harus Kembali kepada Kedaulatan Rakyat
Partai X menekankan bahwa kedaulatan negara berada sepenuhnya di tangan rakyat. Prinsip ini menjadi fondasi perjuangan Partai X untuk memastikan negara selalu berpihak pada kepentingan umum. Dalam materi yang dibawakan melalui Sinau Kebangsaan, ditegaskan beberapa prinsip utama Partai X:
- Negara harus berfungsi sebagai pelindung dan pelayan rakyat.
- Kebijakan publik wajib memenuhi rasa keadilan sosial.
- Kekuasaan harus dijalankan dengan integritas, hikmat kebijaksanaan, dan moralitas publik.
- Gotong royong dan nilai budaya lokal menjadi roh kebangsaan yang memperkuat kedaulatan negara.
Prinsip ini menjadi pondasi penting bagi generasi muda agar mereka memahami bagaimana negara seharusnya bekerja sesuai amanat konstitusi dan cita-cita Proklamasi 1945.
Sinau Kebangsaan: Membangun Kesadaran Baru tentang Negara
Program Sinau Kebangsaan tidak hanya memberikan teori, tetapi juga mengajak peserta membaca realitas kemasyarakatan. Peserta diajak mendalami bagaimana negara bekerja, mengapa pelayanan publik sering bermasalah, serta apa konsekuensi ketika pejabat tidak lagi memahami peran pelayan publik. Dalam forum ini, para peserta belajar bahwa pelayanan publik tidak boleh menjadi arena keuntungan pribadi, melainkan wujud dari tanggung jawab negara kepada rakyatnya.
Prayogi menegaskan bahwa generasi digital harus mampu membedakan antara negara dan pemerintah. Negara adalah rumah bersama, sedangkan pemerintah hanyalah pengelolanya. Kesadaran ini penting agar generasi muda tidak mudah dikendalikan narasi kekuasaan yang menyesatkan.
Solusi Partai X: Mewujudkan Negara Pelayan Rakyat
Berangkat dari prinsip perjuangan yang dimiliki Partai X, berikut langkah-langkah strategis yang ditawarkan untuk mewujudkan negara yang benar-benar melayani rakyat:
1. Reformasi Pelayanan Publik Berbasis Integritas dan Transparansi
Pelayanan publik harus bebas dari pungli, diskriminasi, dan birokrasi berbelit. Partai X mendorong digitalisasi layanan yang transparan dan akuntabel agar rakyat tidak dipersulit.
2. Pendidikan Kebangsaan yang Menguatkan Kesadaran Kedaulatan
Negara harus membangun kurikulum kebangsaan yang mengajarkan peran negara secara benar. Sinau Kebangsaan menjadi salah satu model pendidikan alternatif yang dapat diperluas secara nasional.
3. Penguatan Etika dan Kepemimpinan Pelayan Publik
Partai X menegaskan bahwa negara hanya dapat melayani rakyat bila pejabat memiliki etika moral, empati, dan komitmen melayani. Pendidikan etika untuk pejabat publik harus menjadi kewajiban negara.
4. Mendorong Gotong Royong sebagai Budaya Administrasi Publik
Gotong royong tidak boleh berhenti menjadi slogan. Ia harus hadir dalam kebijakan, proses pelayanan, dan hubungan negara dengan rakyat. Pelayanan publik harus berorientasi pada kebersamaan, bukan kepentingan.
5. Membangun Sistem Pengawasan Rakyat terhadap Pemerintah
Partai X mendorong pembentukan kanal pengawasan publik yang mudah diakses agar rakyat dapat mengawasi kinerja pemerintah sebagai bagian dari hak kedaulatannya.
Prayogi menutup pesannya dengan mengingatkan bahwa kepahlawanan di era modern tidak lagi identik dengan perang fisik, tetapi dengan keberanian pejabat dan warga negara untuk melayani sesama. Negara hanya dapat kuat bila rakyatnya dihormati, dilayani, dan dilindungi. Sinau Kebangsaan hadir untuk menyalakan kesadaran baru: bahwa negara harus kembali kepada ruhnya melayani rakyat dengan cinta, akal sehat, dan tanggung jawab moral.
