beritax.id – Di masa lalu, pahlawan dikenal sebagai mereka yang mengangkat senjata dan berjuang di medan perang. Namun hari ini, di era informasi yang serba cepat, bentuk kepahlawanan telah berubah. Pahlawan modern tidak lagi selalu berperang secara fisik, tetapi berjuang melalui gagasan, moralitas, dan keberanian melawan arus disinformasi serta ketidakadilan sosial.
Dalam konteks ini, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, menegaskan pentingnya membentuk generasi muda yang sadar peran kebangsaannya. Ia mengatakan, “Tugas negara itu tiga loh melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Tapi jangan lupa, rakyat juga perlu tahu bagaimana menjaga bangsanya agar tetap berdaulat.”
Belajar Kepahlawanan di Era Modern
Menurut Prayogi, kepahlawanan hari ini harus dimulai dari kesadaran diri untuk berbuat benar, jujur, dan berani melawan arus pragmatisme. “Anak muda harus belajar menjadi pahlawan di ruang digital dengan berpikir kritis, menyebarkan kebenaran, dan menolak manipulasi informasi,” tegasnya.
Gerakan seperti Sinau Kebangsaan yang diinisiasi oleh X Institute menjadi wadah refleksi dan pembelajaran nilai-nilai kebangsaan bagi generasi digital. Di ruang ini, anak muda diajak untuk memahami arti negara, tanggung jawab warga, serta pentingnya menjaga moral publik dalam menghadapi gempuran budaya instan.
Prinsip Partai X: Negara Harus Melindungi, Melayani, dan Mengatur Rakyat dengan Adil
Dalam pandangan Partai X, negara sejati berdiri untuk melindungi rakyat dari ketakutan, melayani kebutuhan mereka dengan keadilan, dan mengatur kehidupan berbangsa dengan kebijaksanaan.
Prinsip ini berangkat dari keyakinan bahwa kekuasaan tanpa moral adalah sumber bencana. Karena itu, pemimpin sejati bukanlah yang mengejar kekuasaan, tetapi yang menggunakannya untuk menjaga harkat kemanusiaan rakyat. “Pemerintah harus tunduk pada amanat rakyat, bukan pada ambisi jabatan,” ujar Prayogi mengutip prinsip dasar Partai X.
Solusi Partai X: Membangun Generasi Negarawan Muda
Sebagai solusi terhadap krisis nilai di kalangan generasi muda, Partai X menawarkan pendekatan pendidikan negarawan sejak dini yang berpijak pada prinsip Pancasila dan semangat kebersamaan. Ada tiga langkah konkret yang diusulkan:
- Sinau Kebangsaan Terintegrasi.
Menghubungkan pendidikan karakter, sejarah, dan literasi digital dalam satu sistem pembelajaran aktif. - Gerakan Pemuda Berdaulat.
Mendorong ruang dialog antar generasi agar anak muda terlibat langsung dalam isu kebangsaan dan pemerintahan. - Digitalisasi Nilai Pancasila.
Menghadirkan konten digital edukatif yang menanamkan semangat gotong royong dan nasionalisme melalui media sosial.
Prayogi menegaskan, “Kita tidak bisa membangun negara hanya dengan infrastruktur fisik. Jiwa bangsa dibangun lewat pendidikan nilai.”
Menemukan Arti Kepahlawanan Baru
Anak muda masa kini, lanjut Prayogi, harus berani menjadi pahlawan dalam konteks zamannya. Mereka perlu berpihak pada kebenaran, menolak hoaks, serta menjunjung kejujuran dan tanggung jawab sosial di dunia maya. “Pahlawan modern bukan yang viral, tetapi yang konsisten menjaga nurani dan integritas,” katanya.
Gerakan seperti Sinau Kebangsaan menjadi simbol bahwa perjuangan kebangsaan tak pernah berhenti. Ia hanya berganti bentuk dari medan tempur menjadi ruang pikir, dari senjata menjadi pena, dari pertempuran fisik menjadi perjuangan moral.
Dalam semangat kritis, obyektif, dan solutif, Partai X menegaskan bahwa bangsa yang berdaulat tidak lahir dari rakyat yang apatis. Kedaulatan hanya akan hidup jika generasi mudanya berpikir, berbuat, dan berani bertanggung jawab. “Anak muda harus sadar, mereka bukan sekadar penonton dalam perjalanan bangsa,” tutup Prayogi. “Mereka adalah penulis bab baru dari perjuangan Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat.”



