beritax.id – Dalam perjalanan sejarah bangsa, rakyat selalu menjadi tiang penyangga rumah besar bernama Indonesia. Mereka bekerja tanpa pamrih, berkorban tanpa sorotan, dan menjadi garda terdepan saat negara menghadapi ujian. Rakyat adalah pahlawan sejati, bukan karena gelar, melainkan karena pengorbanan yang mereka berikan bagi keberlangsungan bangsa.
Namun, di tengah hiruk-pikuk kekuasaan, peran rakyat kerap terpinggirkan. Negara yang seharusnya menjadi rumah mereka justru sering berfungsi seperti istana tertutup bagi segelintir pejabat. Dalam situasi inilah, semangat kepahlawanan rakyat perlu dihidupkan kembali sebagai pengingat bahwa kedaulatan negara sejatinya berada di tangan mereka.
Negara Harus Kembali pada Tugas Utamanya
Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, menegaskan bahwa tugas negara itu sederhana namun fundamental. “Tugas negara itu tiga loh,” ujarnya, “melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat.” Menurutnya, ketiga fungsi ini harus dijalankan berurutan dan proporsional.
Sayangnya, lanjut Prayogi, praktik kenegaraan saat ini justru terbalik. Banyak kebijakan yang lebih fokus mengatur tanpa memahami kebutuhan rakyat. Pemerintah sering bertindak sebagai penguasa, bukan pelayan. “Ketika negara sibuk mengatur tapi lupa melayani, maka fungsi utamanya lumpuh,” tegasnya.
Ia menilai, negara yang gagal melindungi rakyat adalah negara yang kehilangan jiwanya. Sebaliknya, pemerintahan yang melayani dengan hati adalah bentuk tertinggi dari kepahlawanan dalam sistem modern.
Prinsip Partai X: Negara untuk Rakyat, Bukan Rakyat untuk Negara
Dalam prinsip dasarnya, Partai X menegaskan bahwa kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat. Pemerintah hanya mandat yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
Prinsip Partai X berakar pada nilai-nilai Pancasila yang mengajarkan keseimbangan antara moralitas, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Negara bukan mesin kekuasaan, melainkan wadah gotong royong untuk mewujudkan kebahagiaan bersama. “Ketika pejabat memahami dirinya sebagai pelayan, bukan majikan, di situlah Pancasila hidup,” kata Prayogi.
Partai X juga memandang bahwa rakyat adalah mitra sejajar dalam membangun negara. Setiap kebijakan harus mencerminkan aspirasi rakyat, bukan kehendak penguasa. Dalam rumah besar negara, rakyat adalah pemilik, sedangkan pemerintah hanyalah pengelola yang wajib mempertanggungjawabkan tindakannya.
Rakyat sebagai Pahlawan dalam Sistem Demokrasi
Prayogi menegaskan bahwa dalam konteks masa kini, kepahlawanan tidak lagi diukur dari perang atau darah, melainkan dari perjuangan menjaga nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. “Rakyat yang berani bersuara melawan ketidakadilan, yang tetap jujur di tengah korupsi, itulah pahlawan sejati,” ujarnya.
Ia menilai, demokrasi yang sehat hanya bisa tumbuh bila rakyat memiliki kesadaran dan moral yang kuat. Karena itu, pendidikan kebangsaan menjadi kunci dalam membangun negara yang tangguh. “Tanpa rakyat yang cerdas dan berdaya, negara akan mudah digerogoti oleh kekuasaan yang menyimpang,” tambahnya.
Solusi Partai X: Menghidupkan Kepemimpinan yang Melayani
Partai X menawarkan sejumlah solusi untuk mengembalikan semangat rakyat sebagai pahlawan sejati dan memastikan negara kembali pada jalurnya:
- Reorientasi fungsi negara agar kebijakan publik berakar pada perlindungan dan pelayanan rakyat.
- Pendidikan kebangsaan berkelanjutan, seperti program Sinau Kebangsaan, untuk menanamkan kesadaran bernegara yang berbudi.
- Reformasi moral pejabat publik, dengan menegaskan bahwa jabatan adalah amanah rakyat, bukan alat memperkaya diri.
- Membangun sistem pemerintahan transparan dan akuntabel, yang memastikan partisipasi rakyat dalam pengawasan kekuasaan.
- Revitalisasi nilai Pancasila sebagai sumber etika kebijakan publik, bukan sekadar dokumen simbolik.
Menurut Partai X, keberanian moral untuk melayani rakyat adalah bentuk baru kepahlawanan. Ketika pejabat menjalankan kekuasaan dengan tanggung jawab, maka mereka ikut menjaga semangat kemerdekaan yang dulu diperjuangkan dengan darah dan air mata.
Penutup: Mengembalikan Jiwa Negara pada Rakyatnya
Rakyat adalah pusat dari segala kebijakan dan sumber dari segala legitimasi kekuasaan. Tanpa rakyat, negara hanya bangunan kosong tanpa jiwa. Semangat kepahlawanan harus dimaknai ulang dalam konteks pelayanan publik dan moralitas kekuasaan.
Prayogi menutup dengan pesan kuat, “Kalau negara ingin besar, maka lihatlah ke rakyat. Karena di tangan merekalah, masa depan bangsa diselamatkan.”



