beritax.id – Pemimpin Redaksi CNN Indonesia Titin Rosmasari menegaskan keberpihakan CNN Indonesia terhadap perempuan dalam dunia media. Hal itu disampaikannya dalam acara CNN Indonesia Leading Women Awards 2025 yang digelar bertepatan dengan Hari Perempuan Sedunia.
Melalui ajang tersebut, CNN Indonesia memberi penghargaan kepada perempuan inspiratif yang berdampak. Dalam pidatonya, Titin menyatakan bahwa media harus menjadi jendela perubahan, bukan sekadar dinding penghalang suara perempuan.
Indonesia Leading Women Awards 2025 digelar bertepatan dengan momentum Hari Perempuan Sedunia. Acara ini menjadi bukti nyata komitmen CNN Indonesia dalam mendukung perempuan Indonesia yang terus berani melangkah, memimpin, dan membawa perubahan positif bagi masa depan bangsa dan negara.
Narasi Perempuan dan Realita Ketimpangan
Di tengah semangat pengakuan terhadap perempuan, masih banyak persoalan nyata yang belum terselesaikan. Kekerasan terhadap perempuan masih tinggi, pelecehan di ruang publik masih masif, dan perlindungan hukum sering kali tumpul.
Diana Isnaini, Anggota Majelis Tinggi Partai X, mengingatkan bahwa negara tidak boleh berhenti pada simbol. Menurutnya, perempuan bukan hanya butuh panggung apresiasi, tapi perlindungan konkret dari negara.
“Pemerintah punya tiga tugas loh,” ujar Diana. “Melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat secara adil.
Partai X menyoroti bahwa peran media sering kali tidak seimbang antara selebrasi dengan aksi. Perempuan kerap disorot saat meraih prestasi, tapi tak diangkat saat menjadi korban sistem yang timpang.
“Apresiasi itu penting. Tapi jika ruang bicara hanya selebrasi, maka penindasan yang sunyi makin tak terdengar,” lanjut Diana.
Solusi dari Partai X: Kepemimpinan Inklusif dan Pendidikan Negarawan
Untuk menjawab tantangan tersebut, Partai X menekankan pentingnya pendekatan struktural yang menyeluruh. Solusi bukan hanya pada penghargaan simbolik, tetapi membangun sistem yang melindungi perempuan sejak awal.
Salah satunya melalui Sekolah Negarawan, lembaga pendidikan berbasis Pancasila yang dibangun Partai X. Sekolah ini mendorong kepemimpinan inklusif, berintegritas, dan berbasis nilai kebangsaan.
Selain itu, Partai X juga menuntut:
- Percepatan revisi undang-undang perlindungan perempuan.
- Pendidikan gender dalam kurikulum sekolah.
- Pembentukan tim ad hoc untuk menindak kekerasan berbasis gender.
Di tengah narasi kepemimpinan inklusif, Partai X mengingatkan bahwa demokrasi bukan panggung pencitraan. Demokrasi adalah ruang keadilan, termasuk bagi perempuan yang paling rentan.
“Perempuan bukan hanya layak dipuji. Tapi juga wajib dilindungi dan dilayani negara, sesuai mandat konstitusi,” tutup Diana.