beritax.id – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman mengingatkan pentingnya memperkuat nilai-nilai kebangsaan dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam Sosialisasi Empat Pilar di UMSB, ia menekankan bahwa kebangsaan tidak boleh menjadi simbol kosong.
Irman menyebut, nilai-nilai kebangsaan bukan warisan pasif dari masa lalu. Ia harus terus dirawat agar relevan. Menurutnya, tugas generasi hari ini bukan menciptakan ulang konsep kebangsaan, melainkan memperkuatnya sesuai tantangan zaman.
Ia juga menekankan bahwa penguatan nilai kebangsaan harus dimulai dari daerah. Sebab, daerah adalah tempat nilai-nilai nasional menyentuh langsung kehidupan rakyat.
Ia mencontohkan Sumatera Barat yang telah melahirkan banyak tokoh bangsa dan sistem sosial partisipatif berbasis nilai lokal. Namun saat ini, banyak tantangan menggerus ruang aktualisasi nilai tersebut di masyarakat.
Partai X: Nasionalisme Harus Dibuktikan Lewat Tindakan
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menanggapi pernyataan Irman dengan kritik tajam. Menurutnya, terlalu banyak pidato kebangsaan tanpa tindakan nyata dari negara.
“Nasionalisme bukanlah tema seremoni. Ia harus diwujudkan dalam bentuk keadilan, pembangunan yang merata, serta perlindungan hak warga negara, termasuk hak untuk didengar dari daerah-daerah yang selama ini tertinggal,” ujarnya.
Rinto menegaskan bahwa tugas negara itu tiga yaitu melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Jika nasionalisme hanya berhenti di forum akademik, tanpa kebijakan publik yang berpihak, maka bangsa sedang kehilangan arah.
Prinsip Partai X: Negara Itu Melayani, Bukan Mendominasi
Menurut dokumen prinsip Partai X, negara adalah adalah entitas yang terdiri dari wilayah, rakyat, dan pemerintah yang dapat menjalankan kewenangan secara efektif, efisien, dan transparan dengan tujuan mewujudkan kedaulatan, keadilan, dan kesejahteraan seluruh rakyat.
Tujuannya bukan sekadar pembangunan fisik, tapi menciptakan keadilan dan kesejahteraan.
Partai X percaya bahwa nasionalisme bukan jargon, melainkan etika bernegara yang menempatkan rakyat sebagai pemilik utama kekuasaan. Pemerintah hanya perpanjangan tangan rakyat yang diberi kewenangan secara sah untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Solusi Partai X: Nasionalisme Partisipatif, Bukan Pusatistik
Sebagai solusi, Partai X mendorong nasionalisme berbasis partisipasi rakyat. Ini mencakup:
- Revitalisasi Fungsi Surau dan Kampung: Pendidikan kebangsaan harus hidup dari bawah, bukan sekadar dari buku pelajaran, melainkan dari pengalaman sosial nyata.
- Reformasi Kebijakan Pusat-Daerah: Pemerintah pusat harus mengurangi dominasi teknokratisme dan memberi ruang inisiatif lokal yang sesuai dengan kearifan daerah.
- Keadilan Fiskal dan Pembangunan Berbasis Potensi Daerah: Sumbar dan daerah lainnya harus mendapatkan alokasi pembangunan yang setara berdasarkan potensi lokal, bukan kedekatan kekuasaan.
- Kampus sebagai Benteng Kebangsaan: Pendidikan tinggi harus menjadi ruang dialektika nilai-nilai kebangsaan dan tanggung jawab sosial, bukan sekadar pabrik ijazah.
Rinto Setiyawan menutup pernyataannya dengan tegas, “Nasionalisme sejati adalah yang hadir saat rakyat miskin ditindas, ketika hak warga diabaikan, dan saat keadilan diperjuangkan. Jangan jadikan nasionalisme sekadar alat kampanye atau upacara kenegaraan.”
Dengan pendekatan kritis, Partai X kembali menegaskan bahwa kebangkitan nasional hanya mungkin terjadi jika negara kembali pada jati dirinya yaitu melindungi, melayani, dan mengatur untuk rakyat, bukan untuk pejabat semata.