beritax.id – Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memperingatkan bahwa bumi kini berada di ambang kehancuran akibat krisis iklim dan keserakahan manusia. Dalam orasi ilmiah Dies Natalis ke-65 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Selasa (11/11), SBY menyerukan agar dunia mengubah perilaku eksploitatif terhadap lingkungan. “Kalau tidak, kiamat. Bumi kita tidak sanggup lagi,” ujar SBY di hadapan civitas akademika ITS.
SBY menegaskan, eksploitasi sumber daya alam tanpa batas telah menjadi akar persoalan krisis iklim global. Ia meminta Indonesia tidak menjadi negara yang serakah, tetapi negara yang bijak dalam menggunakan sumber daya bumi. “Mari kita hentikan keserakahan. Kita tidak ingin menjadi greedy nation. Butuh, bukan serakah,” tegasnya.
Ia juga mendorong Indonesia untuk menjadi bagian dari agenda global Net Zero Emission 2060, dan memperkuat sinergi antara teknologi, ekonomi, serta nilai-nilai kemanusiaan. “Pembangunan masa depan harus hemat, tidak rakus, dan berkelanjutan agar bumi tetap selamat,” pesan SBY.
Partai X: Jangan Jadikan Alam sebagai Korban Ambisi Ekonomi
Menanggapi pernyataan tersebut, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute Prayogi R Saputra menegaskan bahwa krisis iklim sudah nyata dan mengancam generasi mendatang. “Peringatan SBY bukan sekadar retorika, tapi alarm moral bagi seluruh bangsa. Kita sedang kehilangan arah karena rakus,” ujarnya.
Prayogi mengingatkan, tugas negara itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. “Dalam konteks ini, melindungi rakyat berarti melindungi bumi tempat rakyat berpijak,” tegasnya.
Menurutnya, keserakahan ekonomi yang membabi buta adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah konstitusi.
Ia menilai, pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan adalah bentuk kebijakan jangka pendek yang merusak. “Negara harus memastikan bumi tetap layak dihuni. Itu bukan pilihan, tapi kewajiban,” tambahnya.
Prinsip Partai X: Alam untuk Rakyat, Bukan untuk Digerogoti
Partai X berpegang pada prinsip bahwa sumber daya alam adalah anugerah Tuhan yang harus dikelola secara adil dan berkelanjutan. Pembangunan tidak boleh menimbulkan penderitaan baru, terutama bagi rakyat yang paling rentan terhadap bencana iklim.
“Prinsip kami jelas: kesejahteraan tidak boleh dibangun di atas kerusakan bumi. Alam harus menjadi bagian dari keadilan sosial,” kata Prayogi.
Ia menekankan pentingnya paradigma “butuh, bukan serakah” dalam perumusan kebijakan ekonomi dan energi nasional. “Krisis iklim bukan hanya isu global, tapi soal keadilan antar generasi. Jangan wariskan bumi yang rusak kepada anak-anak kita,” ujarnya.
Solusi Partai X: Reformasi Hijau dan Keadilan Ekologis
Partai X menawarkan tiga solusi konkret untuk menghentikan arah pembangunan yang merusak bumi. Pertama, reformasi kebijakan energi nasional dengan mempercepat transisi ke energi bersih dan terbarukan. “Subsidi besar-besaran untuk energi fosil harus dialihkan ke riset dan investasi hijau,” ujar Prayogi.
Kedua, pemberlakuan audit lingkungan wajib untuk setiap proyek strategis nasional. Audit ini harus melibatkan masyarakat sipil agar tidak terjadi manipulasi data dampak ekologis.
Ketiga, pembangunan ekonomi berbasis komunitas agar rakyat menjadi pelaku utama dalam pelestarian lingkungan. “Ketahanan ekonomi rakyat akan menjadi benteng dari keserakahan korporasi,” tegasnya.
Penutup: Warisan Terbesar Adalah Bumi yang Layak Dihuni
Partai X menegaskan bahwa krisis iklim bukan sekadar ancaman lingkungan, tapi krisis kemanusiaan. “Kalau bumi rusak, tidak ada pembangunan yang bisa bertahan. Tidak ada rakyat yang bisa hidup layak,” ujar Prayogi.
Ia menutup pernyataannya dengan seruan moral: “Hentikan keserakahan hari ini, sebelum anak-anak kita mewarisi bumi yang tak lagi bisa ditinggali. Masa depan mereka adalah tanggung jawab kita semua.”



