By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Sunday, 25 May 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • In-Depth
  • Undercover
Font ResizerAa
Kritis, Obyektif, SolutifKritis, Obyektif, Solutif
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Kritis, Obyektif, Solutif > Blog > Berita Terkini > Ilmu Siluman Fiskus (Bagian 2): Lebih Kejam dari Sengkuni?
Berita Terkini

Ilmu Siluman Fiskus (Bagian 2): Lebih Kejam dari Sengkuni?

Diajeng Maharani
Last updated: May 23, 2025 4:23 pm
By Diajeng Maharani
Share
4 Min Read
SHARE

Oleh: Rinto Setiyawan Am. Md. T, CTP ( Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia )

beritax.id – Cak Nun pernah berkata dengan nada getir, “Pejabat (pajak) di Indonesia itu, pernah menderita apa sampai begitu kejam kepada rakyat? Sengkuni saja, yang harus makan tubuh orang tuanya untuk bertahan hidup, hanya menjadi provokator. Tapi pejabat pajak yang hidupnya baik-baik saja, justru kejamnya melebihi Sengkuni.”

Contents
Sengkuni: Simbol dari Kelicikan yang Didahului PenderitaanKekejaman yang Tidak Bermotif Balas Dendam, Tapi Nafsu KekuasaanMengembalikan Rasa Kemanusiaan dalam Sistem PajakPenutup

Ini bukan sekadar sindiran. Ini adalah refleksi dari luka sosial yang sudah terlalu dalam, ketika kekuasaan fiskal yang semestinya menjadi penopang keadilan, justru menjadi alat kekerasan administratif yang sepi dari belas kasih.

Sengkuni: Simbol dari Kelicikan yang Didahului Penderitaan

Dalam kisah Mahabharata, Sengkuni dikenal sebagai tokoh licik, ahli intrik dan manipulasi. Tapi akar kelicikannya lahir dari derita panjang. Ia pernah dipenjara dan dipaksa memakan mayat saudara-saudaranya sendiri agar tetap hidup. Trauma itulah yang memupuk rasa dendam dan kebencian yang akhirnya menjadi racun bagi Dinasti Kuru.

Namun yang kita lihat hari ini di dunia perpajakan Indonesia, para pejabatnya tak pernah mengalami penderitaan seperti Sengkuni. Mereka tidak disiksa, tidak kelaparan, bahkan sebagian bisa “membeli” jabatan dengan uang miliaran rupiah demi posisi strategis di DJP. Tapi tingkat kejam dan manipulatifnya terhadap rakyat, justru melampaui Sengkuni.

Bagaimana tidak?

  • Wajib pajak yang beritikad baik diperiksa seperti terdakwa, diseret ke ruang negosiasi yang sunyi dari hukum;
  • Ketika rakyat kecil menjerit, aparat fiskal membalasnya dengan pasal-pasal dan regulasi yang bahkan mereka sendiri tidak sepenuhnya pahami;
  • Ketika bukti cacat prosedur terbuka lebar, pengadilan justru menutup mata, karena hakimnya masih satu garis komando dengan si penggugat;
  • Ketika rakyat mencari keadilan di pengadilan pajak, yang mereka dapat hanyalah: “Ajukan Peninjauan Kembali.”

Maka benarlah kata Cak Nun: mereka tidak membela negara, tapi membela kekuasaan yang menyamar dalam bentuk angka-angka dan peraturan teknis.

You Might Also Like

Pelabuhan Gilimanuk Tutup Saat Nyepi, Partai X: Jangan Sampai Pemudik Jadi Korban Kalender!
28 Petugas KPPS Ditunjuk untuk PSU Pilkada! Partai X: Pastikan Pemilu Bersih, Jangan Ada Kecurangan!
Jelang Lebaran, Mendag Sidak Stok Pangan! Partai X Ingatkan: Jangan Hanya Pamer di Depan Kamera!
Penjara Koruptor di Pulau Terpencil: Langkah Tegas atau Solusi Parsial?

Kekejaman yang Tidak Bermotif Balas Dendam, Tapi Nafsu Kekuasaan

Berbeda dengan Sengkuni yang didorong oleh trauma dan dendam, para pejabat pajak kita didukung oleh sistem yang membenarkan setiap pelanggaran, selama tampak legal. Mereka tak perlu licik secara pribadi, karena sistem sudah licik dari sananya. Kekuasaan membuat mereka tidak perlu merasa bersalah, karena semua dilakukan “sesuai prosedur.”

Namun inilah bahaya terbesar dari kekuasaan administratif yang tidak diawasi: kejam tapi sah, zalim tapi rapi. Ini bukan lagi soal pajak, ini soal matinya empati dalam birokrasi.

Sengkuni menciptakan perang dengan kata-kata. Tapi hari ini, pejabat fiskus menciptakan penderitaan ekonomi (teroris ekonomi), kehancuran usaha, dan rasa tidak berdaya warga negara, dengan surat ketetapan dan meja pemeriksaan.

Mengembalikan Rasa Kemanusiaan dalam Sistem Pajak

Pajak adalah alat negara untuk membiayai kehidupan bersama. Tapi begitu pajak dijalankan tanpa roh keadilan, ia hanya menjadi alat pemerasan modern.

Yang kita butuhkan hari ini bukan hanya revisi UU atau penyederhanaan PMK. Yang lebih mendasar adalah:

  • Mengembalikan martabat warga negara di hadapan negara;
  • Menggeser paradigma fiskus dari penguasa ke pelayan;
  • Memastikan bahwa keadilan bukan formalitas hukum, tapi pengalaman yang dirasakan oleh rakyat.

Bagi pejabat pajak yang masih punya hati: sadarlah. Anda bukan musuh rakyat, Anda alat negara untuk melayani rakyat. Jangan sampai Anda menjadi Sengkuni baru, tapi tanpa alasan, tanpa luka, hanya karena sistem memungkinkan Anda untuk kejam tanpa perlu menderita lebih dulu.

Penutup

Ilmu siluman fiskus bukan tentang teknologi atau regulasi. Ia adalah metafora dari kekuasaan yang tersembunyi, namun menjerat. Dan ketika kekuasaan itu tak lagi punya rasa kasihan, bahkan Sengkuni pun akan terlihat bermoral.

Maka sebelum rakyat menolak pajak bukan karena malas, tapi karena kecewa, negara harus introspeksi. Karena tak ada negara yang kuat jika rakyatnya merasa dimusuhi oleh sistem yang mereka biayai sendiri.

Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Bagi-Bagi Uang ala Gubernur Konten, Partai X: Kalau Serius, Perbaiki Sistem!
Next Article Prabowo Buka Konvensi Migas, Partai X: Energi Nasional Dikuasai Asing, Rakyat Cuma Nonton di Spanduk!

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Pemerintah

Analyzing the Effects of Political Polarization

August 2, 2021
Pemerintah

The Role of the Judiciary in the Political System

August 1, 2021
Pemerintah

The Power of Grassroots Political Movements

August 1, 2021
Pemerintah

Exploring the Relationship Between Politics and Economics

August 6, 2021

You May also Like

Berita Terkini

Usulan Tes Narkoba dan Kejiwaan bagi Kapolres, Partai X Soroti Transparansi dan Akuntabilitas Polri

March 19, 2025
Berita Terkini

Sri Mulyani Blak-blakan Data Setoran Pajak RI, Partai X: Mana Manfaatnya untuk Rakyat?

March 25, 2025
Berita Terkini

2.000 Wajib Pajak Jadi Sasaran Kemenkeu, Partai X: Jangan Bebani Dunia Usaha!

March 25, 2025
Berita TerkiniPemerintah

Poin-poin Kasus LPEI! Partai X: Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

March 8, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Renewable Energy
  • Politics
  • Hot
  • Undercover
  • Highlight
  • Infografis
  • In-Depth
  • Konten Video
  • Policy Analysis
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.