beritax.id – Aksi pembubaran yang dilakukan aparat keamanan di sekitar Kampus Unisba dan Unpas, Jalan Tamansari, Bandung, berujung ricuh. Seorang satpam dan sejumlah mahasiswa mengalami sesak napas akibat paparan gas air mata. “Ada satpam yang terluka dan beberapa orang sesak napas,” ujar Presiden Mahasiswa Unisba, Kamal Rahmatullah.
Menurut Kamal, mahasiswa tengah mengevakuasi peserta aksi yang terluka usai demonstrasi di depan DPRD Jabar. Namun penyerangan mendadak membuat situasi kacau. Sementara Kepala Keamanan Kampus Unpas, Rosid, menyebut setidaknya 12 mahasiswa pingsan akibat gas air mata. Setelah situasi reda, ditemukan 48 proyektil gas air mata berserakan di area kampus.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, menjelaskan bahwa patroli gabungan TNI-Polri dilakukan berdasarkan laporan intelijen. Menurutnya, aparat menemukan tumpukan batu, kayu, dan pembakaran ban. Ia menuding kelompok berpakaian hitam sebagai anarko yang memancing aparat hingga bentrokan masuk ke sekitar kampus.
Kritik Partai X
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, mengecam keras penggunaan gas air mata di lingkungan pendidikan. Menurutnya, kampus adalah ruang kebebasan akademik yang tak boleh dibungkam dengan senjata. Ia mengingatkan tugas negara itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. “Jika mahasiswa dan satpam kampus jadi korban, maka demokrasi telah dibungkam dengan gas air mata,” tegasnya.
Partai X menegaskan rakyat adalah pemilik kedaulatan negara, sementara pemerintah hanya pelayan rakyat. Negara seharusnya berjalan efektif, efisien, dan transparan demi keadilan.
Solusi Partai X
Partai X menawarkan solusi atas krisis demokrasi. Pertama, musyawarah kenegarawanan nasional harus segera digelar, melibatkan intelektual, tokoh agama, TNI/Polri, dan budaya, untuk merumuskan arah baru yang lebih adil. Kedua, pemisahan jelas antara negara dan pemerintah agar tindakan represif tidak dianggap sebagai wajah negara. Ketiga, reformasi hukum berbasis kepakaran diperlukan untuk memastikan aparat bekerja berdasarkan aturan, bukan instruksi kekuasaan. Keempat, pendidikan moral dan berbasis Pancasila harus diperkuat di sekolah dan kampus, agar demokrasi dipahami sebagai ruang dialog, bukan konflik fisik.
Partai X menegaskan kampus tidak boleh menjadi medan perang aparat dengan rakyat. Penembakan gas air mata ke ruang pendidikan adalah bentuk pembungkaman. Negara harus hadir dengan kebijakan melindungi aspirasi mahasiswa, bukan menakut-nakuti mereka.
Penutup
Partai X menilai tragedi gas air mata di kampus Bandung mencederai demokrasi. Negara sejati hadir untuk melindungi, melayani, dan mengatur rakyat, bukan melukai mahasiswa yang memperjuangkan haknya. Jika aparat terus menggunakan senjata untuk membungkam, maka rakyat pun tidak akan tinggal diam. Demokrasi akan bertahan hanya jika rakyat dijaga, bukan diintimidasi.