beritax.id – Setiap triwulan, pemerintah merilis angka pertumbuhan ekonomi yang tampak menggembirakan. Di atas kertas, ekonomi tumbuh stabil, investasi meningkat, dan indikator makro terlihat solid. Namun kenyataan yang dirasakan rakyat justru berbeda jauh: harga kebutuhan pokok naik, ongkos transportasi meningkat, biaya pendidikan dan kesehatan makin tinggi, sementara pendapatan tidak bergerak secepat inflasi. Pertumbuhan ekonomi boleh naik, tetapi kualitas hidup rakyat justru stagnan bahkan menurun.
Salah satu masalah terbesar dalam ekonomi Indonesia adalah ketidaksinkronan antara data makro dan kondisi mikro. Angka pertumbuhan sering kali didorong sektor yang tak banyak menyentuh kehidupan mayoritas rakyat, seperti ekspor komoditas atau industri padat modal. Sementara itu, sektor yang menjadi tulang punggung rakyat pertanian, UMKM, dan pekerja informal berjalan terseok-seok, menghadapi biaya produksi tinggi dan daya beli yang melemah.
Ketika data hanya menggambarkan sebagian kecil aktivitas ekonomi, rakyat tidak pernah benar-benar masuk dalam perhitungan.
Beban Hidup yang Semakin Berat
Kenaikan harga pangan menjadi sinyal paling jelas bahwa pertumbuhan belum menyentuh kebutuhan dasar rakyat. Telur, beras, minyak, daging, sayuran semuanya mengalami fluktuasi harga yang sering kali tidak diimbangi penguatan pendapatan rumah tangga. Sementara itu, biaya listrik, sewa rumah, hingga layanan kesehatan juga perlahan meningkat. Rakyat di lapangan tidak hidup dari grafik ekonomi, tetapi dari kemampuan mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketika beban hidup naik, indikator makro yang indah tidak memberi arti apa-apa.
Kebijakan yang Tidak Berakar pada Kebutuhan Warga
Sering kali, kebijakan ekonomi lebih fokus mengejar pertumbuhan daripada memperbaiki kesejahteraan. Subsidi yang tidak tepat sasaran, program bantuan yang tidak konsisten, serta lemahnya pengawasan distribusi membuat rakyat kesulitan merasakan manfaat kebijakan. Yang terjadi justru jurang antara penguasa kebijakan dan kondisi rakyat semakin melebar.
Perekonomian yang tidak berakar pada kebutuhan nyata warga hanya menghasilkan pertumbuhan semu.
Perbedaan persepsi ini menciptakan jarak antara narasi pemerintah dan kenyataan lapangan. Bagi pemerintah, ekonomi tumbuh; bagi rakyat, hidup makin berat. Ketika negara terlalu sibuk menyusun laporan dan lupa melihat kehidupan di warung, pasar, dan kampung, maka fungsi negara sebagai pelayan rakyat perlahan memudar. Ekonomi yang sehat seharusnya dirasakan, bukan sekadar diumumkan.
Solusi: Mengubah Arah Pembangunan agar Berdampak Nyata pada Hidup Rakyat
Untuk memastikan pertumbuhan ekonomi tidak berhenti sebagai angka di atas kertas, negara perlu mengambil langkah yang lebih membumi. Pertama, kebijakan ekonomi harus dimulai dari kebutuhan dasar rakyat: stabilitas harga pangan, akses layanan publik yang terjangkau, dan perlindungan bagi pekerja sektor informal. Kedua, negara perlu membangun sistem yang memastikan distribusi pangan dan energi benar-benar berpihak pada rakyat, bukan hanya pada pelaku besar. Ketiga, investasi harus diarahkan pada sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan keluarga bukan hanya mendorong profit korporasi. Keempat, pemerintah wajib membuka data, anggaran, dan kebijakan secara transparan agar warga dapat mengawasi dan memastikan manfaatnya tepat sasaran. Kelima, seluruh orientasi pembangunan harus menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utama, bukan hanya mengejar angka pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi akan bermakna jika rakyat merasakan manfaatnya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan: Angka Tidak Pernah Berbohong, Tapi Bisa Menipu
Pertumbuhan ekonomi bisa dicapai melalui banyak cara, namun kesejahteraan rakyat hanya bisa dicapai melalui kebijakan yang adil dan berpihak. Jika ekonomi tumbuh tetapi rakyat semakin terbebani, maka ada yang salah dalam arah pembangunan. Negara tidak boleh puas dengan angka yang indah yang harus diperjuangkan adalah hidup rakyat yang lebih layak.
Ekonomi yang benar adalah ekonomi yang membuat rakyat hidup lebih baik, bukan sekadar membuat laporan pemerintah terlihat baik.



