Oleh: Rinto Setiyawan
Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia
Anggota Majelis Tinggi Partai X
Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute
beritax.id – Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun pernah menyampaikan kritik mendalam tentang kerusakan mendasar dalam sistem ketatanegaraan kita. Beliau menggunakan istilah “fault tree”, atau pohon kesalahan. Menurut Cak Nun, “struktur kesalahan bernegara kita akarnya salah, pohonnya ikut salah, dahannya ikut salah, daunnya ikut salah, kembangnya juga ikut salah, buahnya juga ikut salah.” Karena itulah, negara harus membenahi pohon kesalahan ini dari akar hingga ke buah.
Sayangnya, kerusakan sistemik ini justru diwariskan dan dibebankan pada generasi penerus, khususnya Generasi Z. Generasi yang lahir antara 1995–2010 ini terpaksa menjadi tumbal paling mahal dari kerusakan “pohon negara” yang sudah busuk sejak lama.
Harga Mahal yang Harus Dibayar Generasi Z
1. Pendidikan Mahal dan Tidak Merata
Pendidikan yang seharusnya menjadi tangga mobilitas sosial justru menjadi ladang bisnis. Biaya sekolah dan kuliah melambung, kualitas kerap tak sepadan dengan harga. Akses ke pendidikan tinggi hanya untuk yang berduit, sementara yang lain harus puas dengan sistem yang seadanya.
2. Sembako dan Bahan Pokok Mahal
Harga bahan pokok terus naik akibat dominasi kartel dan mafia pangan. Subsidi sering salah sasaran, memperkaya para penguasa dan kroni, bukan membantu rakyat. Ketergantungan pada impor pangan membuat kedaulatan pangan semakin rapuh.
3. Transportasi Mahal dan Tidak Nyaman
Transportasi publik mahal, buruk, dan tidak aman. Infrastruktur penuh mark-up dan proyek setengah jadi. Macet dan polusi membuat biaya kesehatan juga ikut melonjak.
4. Harga Tanah dan Rumah Melonjak
Harga rumah dan tanah melonjak akibat spekulasi dan korupsi perizinan. Generasi Z menjadi “Generasi Sandwich” yang harus tinggal lebih lama bersama orang tua. Impian punya rumah sendiri makin jauh.
5. Administrasi Publik Mahal, Lamban, dan Koruptif
Biaya administrasi publik berlapis, penuh pungli, dan memakan waktu panjang. Proses yang seharusnya hak rakyat dijadikan ladang pungutan liar, menambah beban ekonomi rakyat.
6. Keadilan Mahal dan Sulit Diakses
Biaya hukum mahal, sistem hukum cenderung berpihak pada yang kaya dan berkuasa. Rakyat termasuk Generasi Z, kehilangan rasa percaya pada keadilan.
7. Kualitas Lingkungan dan Kesehatan Mahal
Lingkungan tercemar, kualitas air buruk, udara kotor. Biaya berobat semakin tinggi, sementara pendapatan stagnan. Generasi Z harus menanggung risiko kesehatan seumur hidup.
8. Lapangan Kerja Minim, Kompetisi Berat
Lapangan kerja semakin sedikit, upah stagnan, dan ketidakamanan kerja meningkat. Banyak anak muda terjebak di “gig economy” tanpa jaminan sosial.
9. Kehilangan Akses Politik dan Demokrasi
Generasi muda dipinggirkan dalam pengambilan keputusan. Suara mereka hanya dijadikan alat kampanye, bukan untuk diakomodasi dalam kebijakan nyata.
10. Nilai Sosial dan Budaya Tergerus
Tradisi dijual demi pariwisata, gotong royong luntur, digantikan individualisme. Budaya instan dan mental viral melahirkan generasi yang rapuh identitasnya.
Kesimpulan
Generasi Z akhirnya harus membayar semua tagihan kesalahan yang sudah dirawat lama oleh “pohon negara” yang salah urus: dari akar hingga buah. Mereka tidak hanya membayar dengan uang, tapi juga dengan kesehatan mental, kualitas hidup, dan rasa aman di tanah air sendiri.
Cak Nun menegaskan, jika kita ingin menyelamatkan generasi mendatang, kita harus membenahi “fault tree” ketatanegaraan: mengoreksi akar, merawat batang, menguatkan dahan, dan memurnikan buah. Tanpa pembenahan struktural, kita hanya akan mewariskan rumah bobrok dan pohon busuk yang terus menyedot kehidupan rakyat.
Kini saatnya merenung dan bertindak. Karena jika tidak, Generasi Z bukan hanya jadi “penumpang”, melainkan juga “tumbal” paling mahal dari pohon negara yang gagal dirawat.