beritax.id – Buat para importir dan pelaku usaha yang sering berurusan sama bea cukai, nama SPKTNP pasti udah gak asing lagi. Tapi, tau gak sih? Surat ini gak bisa asal terbit tanpa prosedur yang jelas. Salah satu yang paling sering jadi perdebatan: boleh gak sih SPKTNP keluar kalau belum ada SPTNP duluan?
Jawabannya? Gak boleh.
Yuk, kita bahas lebih santai tapi tetap berisi!
SPKTNP Itu Apa Sih?
SPKTNP itu singkatan dari Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean. Intinya, ini surat “revisi” dari penetapan bea masuk sebelumnya.
Menurut Pasal 17 ayat (1) UU Kepabeanan, SPKTNP bisa diterbitkan kalau hasil audit atau pemeriksaan ulang nemuin data yang beda dari penetapan awal.
(Pasal 17 ayat 1 UU Kepabeanan)
“Direktur Jenderal dapat menetapkan kembali tarif dan nilai pabean…”
Tapi tunggu dulu… Penetapan awal yang dimaksud itu ya si SPTNP, yang diatur di Pasal 16. Jadi, kalau belum ada SPTNP, gak ada dasar dong buat nerbitin SPKTNP?
(Pasal 17 ayat 2 UU Kepabeanan)
“…berbeda dengan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16…”
Logikanya Gampang
Kalau penetapan awal (SPTNP) aja belum ada, kok udah keluar penetapan kembali (SPKTNP)? Ibaratnya kamu belum bikin keputusan, tapi udah buru-buru mau revisi — ya jelas gak nyambung dong.
Lima Syarat Dianggap SPKTNP Sah Secara Hukum
Nah, supaya SPKTNP yang diterbitkan bener-bener legal dan gak bisa digugat, ini lima syarat yang harus dipenuhi semua (bukan cuma salah satu):
- Udah ada SPTNP duluan (berdasarkan Pasal 16)
- Udah lewat 30 hari dari penetapan awal, tapi belum lebih dari 2 tahun
- Dilakukan audit atau penelitian ulang
- Hasil audit beda dari isi SPTNP
- Ada kurang atau lebih bayar bea masuk
Kalau satu aja gak terpenuhi? Yup, SPKTNP menjadi prematur dan menjadi tidak sah.
Solusi dari Pemerintah: Biar Gak Gagal Paham Lagi
Biar gak bikin bingung pejabat di lapangan dan gak nyusahin wajib pajak, pemerintah bisa lakuin langkah-langkah ini:
1. Bikin Aturan Teknis yang Jelas
DJBC perlu bikin SOP resmi yang ngejelasin bahwa SPKTNP harus didahului SPTNP. Gak bisa loncat-loncat prosedur.
2. Sinkronisasi Data
Audit dan data SPTNP harus terintegrasi dalam sistem. Biar semua penetapan punya jejak digital dan dasar hukum yang kuat.
3. Upgrade Ilmu Petugas
Petugas lapangan perlu pelatihan rutin, biar paham aturan dan gak bikin kesalahan administratif yang bisa rugiin semua pihak.
4. Berlakukan Sanksi Jelas untuk Pelanggaran Prosedur
Supaya aturan gak cuma sekadar formalitas, pemerintah perlu menerapkan sanksi yang tegas dan terukur bagi petugas yang melanggar prosedur—misalnya menerbitkan SPKTNP tanpa ada SPTNP sebelumnya.
Sanksinya bisa berupa teguran administratif, penurunan penilaian kinerja, hingga pembebasan dari jabatan fungsional, tergantung tingkat kesalahannya.
Langkah ini penting untuk jaga integritas sistem, sekaligus memastikan semua proses berjalan sesuai aturan main.
Tips Buat Wajib Pajak: Jangan Cuma Nerima Nasib!
Importir juga harus aktif lindungi haknya. Ini langkah-langkah yang bisa kamu lakuin:
1. Wajib Pastikan Ada SPTNP Dulu
Kalau tiba-tiba dapet SPKTNP tanpa pernah dapet SPTNP, jangan diam. Minta klarifikasi, bahkan ajukan keberatan kalau perlu.
2. Arsipkan Semua Bukti Transaksi
Dokumen lengkap = senjata. Catat semua nilai, tarif, dan dokumen kepabeanan. Nanti bisa dipakai pas audit sebagai bukti banding.
3. Gak Puas? Gunakan Hak Keberatan dan Banding
Kamu bisa ajukan keberatan ke DJBC, bahkan lanjut ke Pengadilan Pajak kalau perlu. Hak kamu dijamin undang-undang, kok.
Kepastian Hukum Itu Harga Mati
Penerbitan SPKTNP gak boleh berdasar tafsir bebas atau jalan pintas. Semua harus sesuai prosedur, karena ini nyangkut hak dan kewajiban dua pihak: negara dan wajib pajak.
Tanpa SPTNP, SPKTNP itu kayak bangunan tanpa fondasi rawan roboh dan bisa dibatalkan.Jadi, yuk kita dukung sistem kepabeanan yang adil, rapi, dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena di negara hukum, kepastian prosedur itu bukan bonus. Itu kewajiban.
Penulis: Rifka
📩 Untuk wawancara media atau penjelasan, hubungi:
Rey & Co. Tax Attorneys
✉️ [email protected]
📞 +62 811-1300-0088
🌐 https://www.reyandco.co.id/