By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Thursday, 31 July 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Seputar Pajak
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Seputar Pajak
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
Font ResizerAa
Berita XBerita X
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Berita X > Blog > Pemerintah > Partai Politik Teriak MK Curi Kedaulatan: Ini Bukan Kritik, Ini Maling Teriak Maling
Pemerintah

Partai Politik Teriak MK Curi Kedaulatan: Ini Bukan Kritik, Ini Maling Teriak Maling

Diajeng Maharani
Last updated: July 7, 2025 4:34 pm
By Diajeng Maharani
Share
4 Min Read
SHARE

Oleh: Rinto Setiyawan
Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia
Anggota Majelis Tinggi Partai X
Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute

beritax.id – Dalam hiruk-pikuk politik belakangan ini, kita mendengar teriakan lantang dari sejumlah partai politik yang menuduh Mahkamah Konstitusi (MK) telah “mencuri kedaulatan rakyat” terkait putusan pemisahan pemilu nasional dan daerah. Mereka menyebut MK lalai dan telah mengebiri hak-hak rakyat.

Sekilas, tuduhan itu terdengar heroik, seolah-olah partai politik adalah pembela sejati kedaulatan rakyat. Namun, jika kita bedah lebih dalam, justru inilah puncak ironi demokrasi kita: maling teriak maling.

Cak Nun pernah berkata:

“Semua parpol itu kerajaan, dan kerajaan terbesar adalah kerajaan Bung Karno. PDIP itu anak atau cucunya Bung Karno, itu kerajaan bukan Republik sama sekali. Itu bukan partai modern. Keputusan PDIP, ya tetap Megawati. Demikian juga Kerajaan SBY. Keputusannya ada di SBY. Maka Hary Tanoe bikin kerajaan. Kan begitu, semua bikin kerajaan sekarang.”

Inilah akar masalah kita. Di atas kertas, Indonesia adalah negara Kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 ayat 1 UUD 1945). Republik berarti kedaulatan berada di tangan rakyat, bukan diwariskan atau dikuasai oleh satu keluarga atau elite tertentu.

Namun, pada praktiknya, Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang menyebut “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” telah berubah menjadi jebakan formalisme. Kalimat “dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” membuat kedaulatan rakyat seakan menjadi benda mati, diwakilkan dan disalurkan melalui sistem yang dikuasai partai politik.

You Might Also Like

King Dolar Kalah di Mana-Mana, Tapi RI Masih Sujud, Partai X: Kapan Merdeka Finansial?
PLBN Natuna Dibuka untuk Wisata Asing, Partai X: Jangan Sampai Rakyat Lokal Justru Jadi Penonton!
Pertagas Tingkatkan Gizi, Partai X: Desak Jangan Hanya Andalkan CSR!
Prabowo Dianggap Punya Indra Keenam, Partai X: Kepemimpinan Butuh Akal Sehat, Bukan Insting Mistis!

Kenyataannya, rakyat hanya memiliki kedaulatan secara simbolik, tetapi tidak benar-benar menguasainya. Rakyat sekadar dijadikan ladang suara, lalu ditinggalkan setelah pemilu usai.

Apa Sesuai dengan UUD 1945?

Lihat saja Pasal 6A ayat 2 UUD 1945 Amandemen Keempat: Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
Di sinilah letak kelicikan sistem. Partai politik menjadi satu-satunya pintu bagi rakyat untuk “memilih” pemimpinnya. Faktanya, calon presiden bukan lagi murni kehendak rakyat, tapi hasil transaksi elite partai.

Selain itu, dalam UUD 1945 asli disebutkan jelas bahwa kekuasaan Presiden tidak tak terbatas. Sayangnya, dalam amandemen keempat, penjelasan ini dihapus. Akibatnya, presiden memiliki kekuasaan yang nyaris absolut, apalagi didukung dan dikendalikan oleh partai politik yang mengusungnya.

Ketika partai politik hari ini berteriak bahwa MK mencuri kedaulatan rakyat, sesungguhnya merekalah para pencuri utama kedaulatan rakyat selama ini. Mereka yang mengatur siapa boleh maju, siapa yang harus mundur. Mereka yang membangun dinasti, menciptakan “kerajaan-kerajaan mini”, dan memonopoli panggung politik.

Partai Politik Kerajaan Mini

Cak Nun menyebut partai politik sebagai kerajaan mini yang memperalat rakyat untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Parpol menjual mimpi kesejahteraan, padahal tujuannya hanya satu: menjaga tahta, melestarikan kerajaan mereka.

Rakyat yang seharusnya menjadi pancer (pusat), justru digeser menjadi figuran. Bahkan, dalam praktiknya, rakyat dipaksa setia pada simbol-simbol partai, bukan pada nilai kedaulatan yang sejati.

Inilah sebabnya kita memerlukan reformasi ketatanegaraan total.
Reformasi bukan sekadar mengganti wajah, bukan hanya memperbaiki prosedur, tetapi mengembalikan substansi kedaulatan rakyat seutuhnya.

Reformasi yang berlandaskan Konstitusi Langit, gagasan Cak Nun yang menempatkan rakyat sebagai pusat seluruh struktur negara, bukan hanya sebagai alat legitimasi. Konsep ini menuntut pemurnian kembali relasi antara rakyat, negara, dan kekuasaan, agar tidak lagi dikooptasi oleh kerajaan-kerajaan politik.

Sampai kapan kita akan terus membiarkan rakyat dijadikan tameng? Sampai kapan rakyat terus menjadi ladang eksploitasi suara?

Partai politik yang berteriak “MK mencuri kedaulatan rakyat” pada hakikatnya sedang berteriak pada bayangannya sendiri. Karena merekalah yang selama ini paling rajin menguras, merampas, dan mengkhianati kedaulatan rakyat.

Mari kita kembali menegakkan semangat Republik yang murni: kedaulatan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Bukan kedaulatan untuk “kerajaan mini” berkedok partai politik.

TAGGED:Berita Trending
Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Cak Nun: Parpol (Partai Politik) Adalah Kerajaan Mini yang Merampas Kedaulatan Rakyat
Next Article Krisis Pendidikan Akibat Kesalahan Struktur Ketatanegaraan

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Pemerintah

Danantara, Proyek Besar Tanpa Kontrol? Partai X Pertanyakan Transparansi

February 24, 2025
Ekonomi

Bank Emas Prabowo: Solusi Ekonomi atau Kontroversi Baru?

February 24, 2025
Berita Terkini

“Indonesia Gelap” dianggap Reaksi Kaget Rakyat Soal Kebijakan, Partai X: Prabowo Harus Dengarkan Aspirasi!

February 24, 2025
Ekonomi

Heboh Seruan Tarik Dana dari Bank Karena Danantara, Partai X Soroti Transparansi

February 24, 2025

You May also Like

Kriminal

Fadli Zon Dinilai Rendahkan Korban, Partai X: Luka 98 Bukan Bahan Lelucon Siapa Pun!

June 19, 2025
Ekonomi

Khofifah Ajak Warga Bangkit Hadapi Ekonomi Global, Partai X: Rakyat Butuh Solusi, Bukan Sekadar Seruan!

May 22, 2025
ancasila kehilangan daya operasionalnya
Pemerintah

Pancasila Mustahil Terwujud: Akar Masalahnya Struktur Ketatanegaraan Cacat

June 17, 2025
Pemerintah

Kemnaker Masih Kaji Satgas PHK, Partai X: Buruh Sudah Menjerit, Pemerintah Masih Sibuk Diskusi!

April 16, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Hot
  • Politics
  • Renewable Energy
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.