beritax.id – Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyebut pertemuan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri sebagai momen yang menyejukkan. Keduanya hadir dalam peringatan Hari Lahir Pancasila bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan tokoh lainnya. “Kan adem suasananya, ya suasana yang bagus menurut saya,” ujar Dasco di kompleks parlemen, Rabu.
Dasco menegaskan acara tersebut digelar oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Atas keputusan presiden, peringatan Hari Lahir Pancasila kali ini digelar secara bersama, dengan Prabowo hadir dan memberi sambutan resmi. Di sisi lain, Megawati terlihat berdiri diapit Presiden Prabowo dan Wapres Gibran dalam barisan kehormatan sebelum upacara dimulai.
Keakraban Prabowo-Megawati Tak Menyentuh Akar Masalah
Meski kehadiran dua tokoh besar tersebut diberi makna kenegarawanan oleh banyak pihak, Partai X menilai rakyat tidak serta-merta merasakan kesejukan yang sama. Menurut Anggota Majelis Tinggi Partai X Prayogi R Saputra, simbol keakraban pejabat tidak menjawab keresahan dasar rakyat. “Negara itu punya tiga tugas: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat,” tegas Prayogi. Menyejukkan suasana di kalangan pejabat, kata dia, bukan parameter keberhasilan pemerintahan.
Bagi Partai X, pemerintah adalah wakil rakyat yang diberi mandat terbatas. Bukan pemilik negara, melainkan sopir bus yang ditugaskan oleh rakyat sebagai pemilik.
Bila sopir hanya sibuk bersalaman dan berfoto, tapi lupa membawa penumpang ke tujuan, maka rakyat berhak turun atau memecatnya.
Pancasila Diucap, Tapi Tidak Dijalankan
Partai X menyoroti ironinya: Pancasila diagungkan di podium upacara, namun nilai keadilan dan kesejahteraan tetap jauh dari realita. Korupsi masih merajalela, hukum tajam ke bawah, dan pelayanan publik sering mandek. Semua itu menunjukkan bahwa Sila Kelima Pancasila belum diimplementasikan. “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” masih menjadi slogan kosong.
Menurut Partai X, saat pemilik negara yaitu rakyat terus berada dalam ketidakpastian ekonomi, maka simbolisme hanya jadi pengalihan isu. “Jangan hanya adem di kalangan pejabat. Rakyat tetap gerah karena tidak mendapat perlindungan dan pelayanan sebagaimana mestinya,” tegas Prayogi.
Solusi Partai X: Daur Ulang Nilai Pancasila dan Cetak Negarawan
Untuk keluar dari kemacetan sistemik ini, Partai X menawarkan solusi konkret dan visioner. Pertama, melaksanakan “Daur Ulang Pancasila” melalui pendidikan politik berbasis nilai. Pancasila tak cukup dibacakan, tapi harus dijadikan rujukan setiap kebijakan publik.
Kedua, mendesak pendirian Sekolah Negarawan sebagai program wajib negara. Lewat lembaga ini, generasi pemimpin bangsa akan ditempa menjadi visioner, berintegritas, dan ahli tata kelola negara. Sekolah ini mengajarkan nilai kebangsaan, integritas, kepemimpinan, dan kemampuan berpikir kritis sebagai fondasi kenegaraan.
Ketiga, Partai X mendorong reformasi struktural berupa pemisahan antara lembaga negara dan lembaga pemerintah. Presiden tak lagi menjadi pemilik kekuasaan ganda. Kekuasaan dijalankan transparan, efisien, dan terkendali oleh mekanisme rakyat.
Rakyat Bukan Penonton, Tapi Penentu Arah
Partai X mengingatkan, dalam analogi negara sebagai bus, rakyatlah yang punya hak menentukan arah. Pemerintah hanyalah sopir yang wajib membawa penumpang ke tempat tujuan dengan selamat. Jika tidak, rakyat bukan hanya boleh, tapi wajib mengganti sopirnya. “Kita tidak butuh keakraban palsu. Kita butuh keadilan nyata,” tutup Prayogi.