beritax.id – Indonesia Krisis bukan sekadar frasa, melainkan gambaran yang semakin terasa dalam kehidupan sehari-hari. Di berbagai sektor ekonomi rumah tangga, lingkungan, pendidikan, hingga layanan publik rakyat menghadapi tekanan yang nyata. Di sisi lain, pemerintah terus menyampaikan janji perbaikan, stabilitas, dan keberpihakan. Namun jarak antara kata dan kenyataan kian melebar, membuat banyak warga harus bertahan dengan kemampuan sendiri. Janji terdengar rutin, solusi terasa minim.
Kenaikan harga kebutuhan pokok, biaya pendidikan, dan akses hunian yang kian mahal menjadi beban utama masyarakat. Program bantuan memang ada, tetapi sering kali tidak menjangkau semua yang membutuhkan atau datang terlambat. Dalam kondisi ini, rakyat dipaksa menyesuaikan diri dengan krisis, sementara negara tampil sebagai pemberi imbauan, bukan pelindung yang sigap. Ketika perlindungan tertinggal, daya tahan rakyat menjadi taruhan.
Kebijakan Cepat, Dampak Sosial Berkepanjangan
Sejumlah kebijakan strategis belakangan diambil dengan tempo tinggi demi mengejar target pemerintahan dan ekonomi. Namun dampaknya dirasakan lama oleh masyarakat: konflik agraria, penggusuran, ketidakpastian kerja, dan kerusakan lingkungan. Proses yang minim partisipasi publik membuat kebijakan sulit dikoreksi sejak awal, sehingga rakyat menanggung akibatnya dalam jangka panjang. Keputusan cepat di ruang pejabat berujung beban lama di ruang publik.
Dalam banyak peristiwa krisis bencana alam, tekanan ekonomi, hingga konflik sosial kehadiran negara sering terasa simbolik. Kunjungan, pernyataan, dan janji pemulihan menjadi rutinitas, tetapi penyelesaian struktural jarang terlihat. Akibatnya, solidaritas warga dan inisiatif lokal menutup celah yang seharusnya diisi negara.
Rakyat bertahan bukan karena kuat, tetapi karena tak punya pilihan.
Solusi: Dari Janji ke Tindakan Nyata
Menghadapi krisis yang berlapis, negara perlu menggeser fokus dari retorika ke tindakan nyata. Kebijakan harus disusun berbasis dampak sosial, dengan partisipasi publik yang bermakna sejak awal. Perlindungan terhadap kelompok rentan perlu dipercepat dan dipastikan tepat sasaran. Evaluasi kebijakan yang terbukti memberatkan rakyat harus dilakukan secara terbuka dan berani.
Indonesia tidak kekurangan janji, tetapi kekurangan keberanian untuk berpihak. Selama pemerintah rajin berjanji sementara rakyat dipaksa bertahan sendiri, krisis akan terus berulang. Jalan keluarnya jelas: negara harus hadir bukan hanya dalam kata, tetapi dalam tindakan yang dirasakan.



