beritax.id – Di tengah berbagai persoalan publik mulai dari kenaikan biaya hidup, bencana ekologis, hingga layanan dasar yang tersendat solusi yang dihadirkan pemerintah kerap terasa tidak menyentuh akar masalah. Kebijakan diumumkan cepat, namun dampaknya minim. Alih-alih meredakan persoalan, langkah yang diambil justru memunculkan pertanyaan baru di masyarakat. Ketika solusi tidak sejalan dengan masalah, kepercayaan publik menjadi taruhannya.
Banyak kebijakan dirancang dengan pendekatan seragam, padahal masalah yang dihadapi bersifat spesifik dan kontekstual. Kenaikan harga dijawab dengan imbauan berhemat, bencana ekologis ditanggapi bantuan darurat tanpa pembenahan hulu, dan krisis layanan publik direspons dengan janji evaluasi. Pendekatan ini menunjukkan jarak antara perumus kebijakan dan realitas lapangan. Masalah yang kompleks tidak bisa diselesaikan dengan resep umum.
Gejala Ditangani, Akar Dibiarkan
Solusi yang tidak sinkron sering kali hanya menyentuh gejala. Bantuan sementara diberikan, tetapi struktur yang memproduksi masalah tetap utuh. Akibatnya, persoalan yang sama terus berulang dengan intensitas yang semakin besar. Menangani dampak tanpa membenahi sebab adalah siklus kegagalan kebijakan.
Ketidaksinkronan juga terlihat dari lemahnya koordinasi antar lembaga.
Kebijakan di satu sektor kerap berbenturan dengan sektor lain, menciptakan kebingungan di tingkat pelaksana dan masyarakat. Tanpa arah yang jelas dan terintegrasi, solusi kehilangan efektivitasnya. Kebijakan yang saling bertabrakan hanya memperpanjang masalah.
Dalam kondisi solusi yang melenceng, masyarakat kembali diminta untuk menyesuaikan diri.
Warga diminta bersabar, memahami situasi, dan menerima keterbatasan. Namun penyesuaian yang terus dibebankan kepada rakyat tanpa perbaikan sistemik hanya memperlebar jarak antara negara dan warga. Kesabaran publik tidak boleh dijadikan pengganti kebijakan yang tepat.
Solusi: Menyatukan Diagnosis Masalah dengan Kebijakan Nyata
Pemerintah perlu memulai setiap kebijakan dari diagnosis masalah yang akurat dan berbasis data lapangan. Perumusan solusi harus melibatkan pemangku kepentingan yang terdampak langsung agar kebijakan tidak melenceng dari kebutuhan nyata.
Koordinasi lintas sektor perlu diperkuat supaya solusi berjalan searah dan saling menguatkan. Evaluasi kebijakan harus dilakukan secara terbuka, dengan keberanian untuk mengoreksi langkah yang terbukti tidak efektif. Solusi yang sinkron bukan soal kecepatan pengumuman, tetapi ketepatan dalam menyelesaikan masalah. Kebijakan akan bermakna jika ia benar-benar menjawab persoalan, bukan sekadar terlihat sibuk menanganinya.



