beritax.id – Hutan adalah benteng kehidupan yang menahan banjir, menyediakan air, menjaga udara tetap bersih, dan melindungi masyarakat dari bencana ekologis. Namun perubahan besar terjadi ketika hutan tidak lagi dilihat sebagai pelindung hidup, melainkan komoditas yang bisa dilepas kepada yang menawarkan keuntungan terbesar. Ketika hutan diperlakukan sebagai barang dagangan, maka keselamatan rakyat secara tidak langsung dianggap bagian dari biaya yang dapat dinegosiasikan.
Setiap hektare hutan yang hilang bukan hanya hilangnya pohon, tetapi hilangnya keseimbangan. Daerah aliran sungai melemah, tanah kehilangan daya serap, musim hujan berubah menjadi ancaman, dan musim kemarau menjadi lebih panjang serta lebih kering. Ketika hutan ditebang, yang datang bukan hanya uang, tetapi juga bencana—banjir, longsor, udara berpolusi, hingga hilangnya keanekaragaman hayati. Keuntungan jangka pendek telah mengorbankan keselamatan jangka panjang.
Rakyat Bayar Harga dari Ambisi yang Tidak Mereka Nikmati
Di sekitar kawasan hutan, masyarakat lokal merasakan dampak paling cepat. Air yang dulu melimpah kini sulit didapat, ladang menjadi kering, dan mata pencaharian hilang tanpa diganti. Ironisnya, mereka yang paling jauh dari manfaat ekonomi justru menjadi pihak pertama yang menanggung kerugian ekologis. Di banyak kasus, suara rakyat tidak dipertimbangkan ketika hutan diubah menjadi kepentingan industri. Yang tersisa bagi mereka hanyalah bencana dan ketidakpastian.
Ketika hutan kehilangan fungsinya, itu bukan semata-mata akibat kesalahan korporasi, tetapi juga kelemahan negara dalam menegakkan aturan. Izin yang mudah keluar, pengawasan yang lemah, serta prioritas kebijakan yang lebih mementingkan keuntungan ekonomi membuat hutan semakin tidak terlindungi. Negara seharusnya menjadi penjaga utama lingkungan, tetapi jika tugas melindungi dan mengatur tidak dijalankan sepenuhnya, maka keselamatan rakyat akan selalu berada di ujung tanduk.
Keselamatan Tidak Diperhitungkan dalam Pembangunan yang Serba Cepat
Pembangunan sering dipresentasikan sebagai simbol kemajuan. Namun ketika pembangunan mengabaikan daya dukung alam, biaya yang harus dibayar justru jauh lebih besar dari yang terlihat. Hutan adalah infrastruktur alami yang tidak dapat diganti—tanpa hutan, banjir menjadi lebih ganas, kekeringan lebih panjang, dan hidup masyarakat lebih rapuh. Sayangnya, pembangunan yang terburu-buru sering memperlakukan keselamatan sebagai faktor yang tidak terlalu mendesak untuk diperhitungkan.
Solusi: Mengembalikan Hutan Sebagai Penjaga Hidup, Bukan Komoditas
Solusi untuk menghentikan kerusakan hutan tidak bisa lagi terjebak dalam pendekatan proyek penanaman bibit atau kebijakan teknis semata. Hutan harus ditempatkan kembali sebagai aset publik yang melindungi kehidupan rakyat. Ini berarti negara perlu menata ulang seluruh sistem pengelolaan sumber daya melalui pendekatan kebijakan yang jujur dan berpihak pada keselamatan. Pengawasan lingkungan harus dibuka sepenuhnya melalui digitalisasi agar publik dapat melihat siapa yang diberi izin, siapa yang merusak, dan bagaimana dampaknya.
Regulasi harus disusun berdasarkan kepakaran ilmiah yang memahami batas daya dukung alam, bukan disesuaikan dengan ambisi ekonomi jangka pendek. Keputusan negara harus kembali memikirkan keseimbangan ekologi melalui musyawarah kebijakan berskala nasional yang melibatkan unsur negara dan masyarakat. Dan yang paling penting, masyarakat lokal perlu dipulihkan perannya sebagai penjaga utama hutan, karena mereka yang hidup dari hutan selalu memiliki insentif terkuat untuk menjaganya tetap utuh.
Kesimpulan: Mengorbankan Hutan Adalah Mengorbankan Keselamatan
Ketika hutan dijadikan komoditas, bencana bukan lagi ancaman, tetapi keniscayaan. Dan ketika keselamatan rakyat tidak dihitung sebagai prioritas, pembangunan kehilangan maknanya. Hutan bukan sekadar ruang hijau, ia adalah penyangga hidup bangsa. Jika kita terus memilih keuntungan daripada keberlanjutan, maka kerugian yang kita dapatkan akan selalu jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan.
Keselamatan tidak boleh menjadi kerugian. Dan hutan tidak boleh menjadi komoditas.



