beritax.id — Dua dekade lebih pascareformasi, bangsa ini masih berputar dalam lingkaran janji tanpa bukti. Kata “reformasi” terus digaungkan, namun dalam praktiknya sering berubah menjadi sekadar slogan kekuasaan. Padahal, hakikat reformasi bukanlah perubahan kosmetik, melainkan pembenahan moral dan perilaku penyelenggara negara.
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menegaskan bahwa tugas negara itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Menurutnya, reformasi sejati hanya bisa terjadi bila pemimpin menunjukkan keteladanan, bukan mengandalkan pidato atau pencitraan.
Keteladanan Adalah Inti dari Kepemimpinan Publik
Keteladanan merupakan fondasi utama dalam membangun kepercayaan rakyat terhadap negara. Pemimpin yang berkata tanpa berbuat hanya menambah jarak antara rakyat dan kekuasaan. Rakyat tidak butuh pidato indah, mereka menanti tindakan nyata yang mencerminkan keberpihakan dan kejujuran.
Rinto mengingatkan, setiap pemimpin harus menjadikan moralitas sebagai kompas dalam menjalankan jabatan. “Reformasi sejati tidak dimulai dari podium, tetapi dari diri pemimpin yang mau berbenah,” ujarnya tegas.
Prinsip Partai X: Keteladanan Sebagai Wujud Pengabdian Negara
Dalam dokumen prinsip Partai X, ditegaskan bahwa negara adalah alat rakyat untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bersama. Negara tidak boleh menjadi instrumen segelintir pejabat yang hanya memperjuangkan kepentingan kelompoknya. Kekuasaan sejati adalah amanah, bukan hak istimewa.
Partai X meyakini bahwa perubahan moral dan mental birokrasi adalah kunci reformasi sejati. Tanpa keteladanan dari pucuk pimpinan, reformasi hanya akan berhenti di permukaan. Pemimpin harus menunjukkan kesederhanaan, tanggung jawab, dan keberanian menolak praktik korupsi dan kolusi.
Solusi Partai X: Membangun Reformasi dari Keteladanan dan Sistem
Untuk mewujudkan reformasi sejati, Partai X menawarkan langkah konkret berbasis prinsip moral dan kelembagaan:
- Membangun sistem integritas nasional yang menempatkan keteladanan sebagai indikator utama keberhasilan pejabat publik.
- Reformasi birokrasi berbasis digital untuk memutus rantai korupsi, gratifikasi, dan penyalahgunaan kekuasaan.
- Evaluasi berkala terhadap pejabat negara melalui mekanisme penilaian publik yang transparan dan objektif.
- Pendidikan karakter dan etika bagi semua penyelenggara negara agar memiliki kesadaran moral tinggi.
- Penegakan hukum tanpa pandang bulu, sehingga tidak ada lagi pejabat kebal hukum karena posisi atau koneksi.
Langkah-langkah tersebut sejalan dengan prinsip Partai X bahwa reformasi bukanlah pergantian aktor, melainkan perbaikan sistem dan watak bangsa.
Penutup: Saatnya Reformasi Kembali ke Akar Moral Bangsa
Reformasi sejati tidak akan pernah lahir dari retorika, tetapi dari ketulusan dan ketegasan moral pemimpin. Ketika rakyat melihat pemimpinnya jujur, adil, dan sederhana, maka kepercayaan publik akan tumbuh kembali.
Rinto Setiyawan menegaskan, “Negara tidak akan berubah tanpa pemimpin yang memberi teladan. Kata-kata harus sejalan dengan perbuatan.” Partai X menyerukan agar seluruh penyelenggara negara kembali pada semangat asli reformasi: mengabdi kepada rakyat, menjunjung keadilan, dan menegakkan kebenaran tanpa kompromi.



