By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Friday, 24 October 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Seputar Pajak
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Seputar Pajak
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
Font ResizerAa
Berita XBerita X
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Berita X > Blog > Pemerintah > Presiden adalah Karyawan Rakyat
Pemerintah

Presiden adalah Karyawan Rakyat

Diajeng Maharani
Last updated: October 24, 2025 12:41 pm
By Diajeng Maharani
Share
5 Min Read
SHARE

Oleh: Rinto Setiyawan
Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia
Anggota Majelis Tinggi Partai X
Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute

beritax.id – Kita hidup di negeri yang setiap lima tahun menggelar pesta demokrasi besar-besaran kampanye, debat, baliho, dan janji-janji yang tak pernah sederhana. Tapi setelah itu, sering kali kita lupa satu hal paling mendasar presiden bukanlah raja, melainkan karyawan rakyat.

Contents
Cak Nun: Presiden Bukan Majikan, Tapi Buruh Lima TahunDari Feodalisme ke ProfesionalismeManajemen Negara: Antara Mintzberg, Marx, dan Cak NunPenutup: Dari “Yang Dipuja” ke “Yang Bekerja”

Dalam demokrasi sejati, rakyatlah pemilik perusahaan bernama Republik Indonesia. Presiden, betapapun gagah simbol negaranya, hanyalah manajer kontrak yang digaji untuk bekerja, bukan memerintah.

Sayangnya, selama puluhan tahun, mentalitas kolonial dan feodal masih menempel di benak bangsa ini: bahwa pemimpin harus disembah, dikultuskan, dan dianggap sumber kebenaran.

Padahal kalau mengikuti logika sederhana Cak Nun, “kalau yang gaji rakyat, ya rakyat yang jadi bos.”

Cak Nun: Presiden Bukan Majikan, Tapi Buruh Lima Tahun

Budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun sudah lama menyuarakan hal ini dengan jernih.

Dalam sebuah forum, beliau berkata:

You Might Also Like

Perlindungan Hukum Wajib Pajak Dalam Proses Penyanderaan Pajak
Merger GoTo-Grab, KPPU Buka Suara, Partai X Ingatkan: Jangan Biarkan Pasar Dikuasai Raja Aplikasi!
Reshuffle Kabinet Prabowo: Langkah Tepat atau Hanya Memoles Pemerintahan?
Mantan Pemain Sirkus Tuntut Keadilan HAM! Partai X: Negara Jangan Diam Jadi Penonton

 “Sampai sekarang kalau saya bilang, ‘hei, saya tidak bisa dipanggil presiden, saya yang berhak memanggil presiden, karena aku rakyat, aku yang bayar.’”

Pernyataan itu disambut tepuk tangan dan tawa, tapi sesungguhnya mengandung kesadaran politik yang dalam.

Cak Nun melanjutkan:

“Itu bukan soal kesombongan, lo katanya rakyat, rakyat kan yang megang kedaulatan, katanya demokrasi. Lo presiden kan outsourcing, buruh lima tahun, buruh lima tahun kok manggil-manggil bos.”

Analogi ini menampar kesadaran kolektif bangsa presiden hanyalah karyawan kontrak yang bekerja atas dasar mandat, bukan kehendak pribadi. Rakyatlah pemegang saham tunggal republik ini. Dan seperti semua perusahaan yang sehat, karyawan wajib mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pemiliknya.

Dari Feodalisme ke Profesionalisme

Indonesia sering bangga disebut negara demokrasi, tapi masih bermental kerajaan. Istana masih dianggap “tanah suci”, presiden masih diperlakukan layaknya raja, dan rakyat masih merasa kecil untuk bersuara.

Padahal, demokrasi bukan soal siapa yang duduk di singgasana, melainkan siapa yang memegang kendali moral dan arah kehidupan berbangsa.

Dalam negara yang sehat, jabatan bukanlah tahta, tapi amanah profesional. Seorang presiden seharusnya punya Key Performance Indicators (KPI) yang jelas yaitu menyejahterakan rakyat, menegakkan keadilan, memastikan rasa aman, menjaga kedaulatan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Jika gagal, ya wajar diberhentikan, dikritik, bahkan diganti. Sama seperti karyawan lain yang tak memenuhi target kerja.

Rakyat: Pemilik, Bukan Penonton

Cak Nun mengingatkan bahwa rakyat bukan sekadar penonton politik, tapi pemilik negara.Selama ini, rakyat dididik untuk memilih lalu diam, memberi mandat lalu menyerah. Padahal, mandat bukan berarti menyerahkan segalanya. Mandat adalah kepercayaan bersyarat.

Rakyat berhak menegur, menilai, bahkan memanggil presiden karena mereka adalah majikan moral dalam sistem demokrasi. Pemerintah yang alergi terhadap kritik adalah pemerintah yang lupa siapa pemberinya gaji.

Di sinilah urgensi kesadaran baru itu bahwa kekuasaan adalah profesi, bukan privilese. Dan rakyat bukan bawahan, melainkan pemegang kendali tertinggi dari kontrak sosial bernama republik.

Manajemen Negara: Antara Mintzberg, Marx, dan Cak Nun

Konsep “Presiden adalah Karyawan Rakyat” sejatinya adalah sintesis antara teori manajemen modern dan etika sosial. Dalam pandangan Henry Mintzberg dan Henri Fayol, organisasi ideal adalah yang berorientasi pada stakeholder dalam konteks negara, stakeholder tertinggi adalah rakyat.

Sementara dari sisi sosialisme Karl Marx, negara tidak boleh menjadi alat penindas satu kelas atas kelas lainnya. Negara adalah instrumen pelayanan bagi masyarakat.

Cak Nun memadukan dua paradigma itu dalam bahasa yang sangat Nusantara yaitu negara bukan tempat berkuasa, melainkan tempat ngawula melayani. Presiden bukan pemimpin yang minta dilayani, tapi pelayan tertinggi yang bekerja untuk rakyat tanpa pamrih.

Penutup: Dari “Yang Dipuja” ke “Yang Bekerja”

Negara akan menjadi sehat ketika kita berani mengganti kata “penguasa” menjadi “pekerja rakyat.”

Presiden akan dihormati bukan karena jabatan, tapi karena kinerjanya. Rakyat akan bangga bukan karena dijanjikan, tapi karena dilayani.

Cak Nun telah mengingatkan arah itu bahwa demokrasi bukan panggung kekuasaan, tapi panggilan pengabdian. Dan karena itu, siapapun yang terpilih, harus sadar ia bukan Tuhan kecil di istana, melainkan karyawan rakyat yang digaji untuk bekerja.

Catatan Penulis:

Tulisan ini adalah refleksi atas gagasan dan kritik moral Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) tentang relasi kekuasaan yang seharusnya: bahwa negara sejati berdiri bukan di atas ketakutan rakyat terhadap pemimpin, melainkan atas kesetiaan pemimpin dalam melayani rakyat.

TAGGED:Berita Trending
Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Ketua DPR adalah Pengawas TKI 1
Next Article KPK Bongkar Tambang Ilegal Mandalika, Partai X: Kekayaan Negeri Jangan Digarong Segelintir Orang!

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Pemerintah

Danantara, Proyek Besar Tanpa Kontrol? Partai X Pertanyakan Transparansi

February 24, 2025
Ekonomi

Bank Emas Prabowo: Solusi Ekonomi atau Kontroversi Baru?

February 24, 2025
Berita Terkini

“Indonesia Gelap” dianggap Reaksi Kaget Rakyat Soal Kebijakan, Partai X: Prabowo Harus Dengarkan Aspirasi!

February 24, 2025
Ekonomi

Heboh Seruan Tarik Dana dari Bank Karena Danantara, Partai X Soroti Transparansi

February 24, 2025

You May also Like

Pendidikan

Kejagung dan KPK Kolaborasi Kasus Kemendikbud, Partai X: Pendidikan Harus Bersih Korupsi!

August 13, 2025
Pemerintah

Tokoh Politik Populer Belum Tentu Seorang Negarawan

May 26, 2025
Pemerintah

4 Pilar Negara : Cak Nun Mengoreksi Versi MPR

June 17, 2025
Pemerintah

Aksi Unjuk Rasa Bikin Macet, Partai X: Jalan Tersendat, Harapan Ikut Tertutup

September 1, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Hot
  • Politics
  • Renewable Energy
  • Yudizaman
  • Hotel Ayani
  • CV Hotel Wisata
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.