beritax.id – Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi’i menyatakan optimisme terhadap masa depan cerah Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara pada Studium Generale di Institut Teknologi Bandung, Rabu (16/4).
Ia menyebut cuaca cerah di Bandung sebagai pertanda bahwa masa depan Indonesia juga akan cerah di era kepemimpinan saat ini. Dalam paparannya, ia menyoroti pentingnya memperkuat ketahanan nasional melalui sinergi generasi muda dan penguatan nilai Pancasila.
Data Labkurtannas Lemhannas menunjukkan nilai ketahanan nasional Indonesia berada pada angka 2,87, dikategorikan cukup tangguh. Aspek demografi mendapat nilai tertinggi 3,20, sementara sosial budaya paling rendah di angka 2,55.
Wamenag menekankan pentingnya ketahanan sosial budaya sebagai fondasi utama dalam memperkuat persatuan, ekonomi, dan pertahanan. Ia menyebut rencana pembentukan Kementerian Kebudayaan sebagai langkah strategis memperkuat identitas dan nilai luhur bangsa.
Partai X: Cerah Untuk Rakyat atau Elit? Jangan Deklarasi Buta!
Menanggapi pernyataan tersebut, Anggota Majelis Tinggi Partai X, Diana Isnaini, mempertanyakan narasi “Indonesia cerah” yang digaungkan pemerintah. “Cerah buat siapa? Rakyat di desa masih gelap soal akses pendidikan dan makan sehat,” tegasnya.
Diana mengingatkan bahwa tugas pemerintah adalah melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Menurutnya, klaim cerah tidak cukup tanpa pemerataan keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan nyata terhadap kelompok rentan.
Wamenag menyebut pentingnya Ekonomi Pancasila sebagai dasar Pasal 33 UUD 1945. Ia menilai bahwa negara wajib hadir aktif dalam perlindungan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat paling lemah.
Namun Partai X menegaskan bahwa prinsip tersebut belum tampak nyata dalam program-program hari ini. “Kalau ekonomi masih bergantung pada pasar bebas, maka negara hanya jadi penonton,” ucap Diana.
Partai X mengingatkan bahwa negara harus menjalankan kekuasaan secara efektif, efisien, dan transparan untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Ketahanan Sosial Budaya Lemah, Tapi Pemerintah Sibuk dengan Gimik Identitas
Diana juga menyoroti rendahnya nilai ketahanan sosial budaya yang justru dibiarkan tanpa solusi konkret. “Identitas bangsa bukan hanya slogan. Ia harus hidup dalam keseharian, dalam pendidikan, dan kebijakan publik,” ujar Diana.
Ia menilai, pembentukan kementerian baru hanya simbolik jika tidak dibarengi dengan anggaran, program, dan keberpihakan kepada akar budaya lokal. Pemerintah tidak boleh hanya mengulang narasi “persatuan” tanpa menghentikan praktik diskriminatif di masyarakat.
Dalam semangat kritis, objektif, dan solutif, Partai X menyerukan bahwa negara harus berfungsi sebagai pelindung mereka yang paling rentan. Negara bukan pihak netral di tengah ketimpangan, melainkan pengatur yang menjamin keadilan bagi semua.