beritax.id – Presiden Prabowo Subianto tiba di Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin, pukul 12.40 WIB. Hal ini untuk meresmikan fasilitas pemurnian emas melalui Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia di Gresik dan Stadion Gelora Delta Sidoarjo.
Sebagaimana keterangan resmi yang diterima, Senin, ketibaan Presiden di Sidoarjo disambut oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, dan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto.
Dari Sidoarjo, Presiden kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Gresik dengan menggunakan Heli Caracal TNI AU.
Hadiah Peci Buat Seskab
Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menceritakan soal hadiah peci kesayangan. Adapun yang didapatkan dari pendakwah alumnus Kulliya Dakwah Islamiyyah, Tripoli Libya, Ustadz Adi Hidayat (UAH). Saat bersilaturahmi ke kediaman ulama itu.
Seskab Teddy mengatakan bahwa momen bertukar peci dengan UAH usai dirinya bersilaturahmi dan berdiskusi dengan UAH yang dianggapnya sebagai seorang guru.
“Beliau kasih hadiah peci kesayangannya,” kata Seskab Teddy kepada Antara melalui pesan tertulis di Jakarta, Senin.
Partai X: Harapan Baru atau Sekadar Seremoni?
Menanggapi rangkaian kegiatan tersebut, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute, Prayogi R Saputra, menilai bahwa peresmian PMR dan simbolis pemberian hadiah peci memiliki makna yang patut dikritisi.
“Peresmian ini penting, tapi yang lebih krusial. Apakah ini hanya seremoni atau benar-benar menjadi langkah baru yang membawa dampak signifikan bagi masyarakat?” ujar Prayogi.
Prayogi menegaskan bahwa masyarakat menaruh harapan besar pada proyek PMR yang diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
“Tugas negara itu ada tiga yaitu melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Jadi, peresmian seperti ini harus dibarengi dengan tindakan nyata yang dirasakan manfaatnya oleh rakyat,” tegasnya.
Partai X menegaskan bahwa segala bentuk kebijakan dan pembangunan harus mengedepankan prinsip efektivitas, efisiensi, dan transparansi. Menurut Prayogi, kesuksesan PMR akan diukur bukan dari seremoni peresmian, melainkan dari hasil nyata yang bisa dirasakan masyarakat.
“Kami di Partai X percaya bahwa kebijakan yang baik adalah yang mampu menciptakan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Jangan sampai peresmian ini hanya menjadi acara simbolis tanpa manfaat nyata bagi masyarakat,” pungkas Prayogi.