beritax.id – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) resmi menetapkan Al Muzzammil Yusuf sebagai Presiden partai periode 2025–2030. Penetapan ini diumumkan usai Musyawarah Majelis Syura di Kantor DPP PKS. Muzzammil menyampaikan bahwa proses pemilihan dilakukan melalui metode e-voting secara nasional. Menurutnya, cara ini tetap mengedepankan nilai kolektif dan semangat kekeluargaan dalam internal partai.
Kepengurusan baru ini juga mencakup sejumlah tokoh lama seperti Mohamad Sohibul Iman sebagai Ketua Majelis Syura, serta Ahmad Syaikhu dan Suharna Surapranata sebagai wakil ketua. PKS mengklaim optimisme tinggi menjelang Pemilu 2029. Dalam pemilu 2024 lalu, PKS berhasil menambah perolehan kursi DPR dari 50 menjadi 53. Namun target pasti untuk 2029 belum diumumkan.
Partai X Pertanyakan Arah PKS: Konsisten atau Kontradiktif?
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menyoroti dinamika arah PKS. Menurutnya, dukungan terhadap pemerintahan Prabowo tidak sejalan dengan klaim ideologis PKS yang pernah diwakili Anies Baswedan.
“Di satu sisi PKS menegaskan akan mengawal kesejahteraan rakyat. Tapi di sisi lain, posisi mereka tidak jelas: tetap bersama Anies atau merapat ke Prabowo?” kata Rinto.
Ia mempertanyakan integritas strategi yang terkesan abu-abu dan berpotensi merusak kepercayaan publik. “Kalau dua kaki, apa bedanya dengan oportunisme kekuasaan?” tambahnya.
Prinsip Partai X: Harus Punya Arah Jelas dan Setia Pada Rakyat
Partai X menegaskan bahwa seharusnya bukan soal kursi atau posisi strategis, tapi komitmen melindungi dan melayani rakyat.
Prinsip dasar dalam ideologi Partai X menyatakan bahwa kedaulatan rakyat adalah fondasi setiap langkah untuk setiap keputusan.
“Jangan gadaikan amanat rakyat hanya demi posisi di dua kutub kekuasaan,” tegas Rinto. Menurutnya, publik sudah terlalu sering dikecewakan oleh manuver pragmatis partai yang ingin tampil bersih tapi bertindak ambigu.
Solusi Partai X: Pendidikan Politik Melalui Sekolah Negarawan
Sebagai jawaban atas krisis kejelasan sikap, Partai X menawarkan Sekolah Negarawan. Program ini membina kader agar memiliki konsistensi, kapasitas kebijakan, serta integritas moral.
Melalui pendekatan kepemimpinan berbasis etika, Sekolah Negarawan mengajarkan bahwa menjadi politisi bukan hanya soal elektabilitas, tapi juga soal keberpihakan struktural pada rakyat.
Partai X menyayangkan jika partai berbasis nilai religius justru terjebak pada strategi dua kaki. “Kita butuh kepastian sikap, bukan narasi ambigu. Jangan atas nama strategi malah merusak integritas,” kata Rinto.
Partai X mendorong publik untuk cermat membaca arah dan tidak mudah terpukau dengan simbol, deklarasi, atau klaim kemenangan. Yang utama adalah konsistensi membela rakyat, bukan kenyamanan pejabat.