Penulis: Daffa Raihan Fadha’il
beritax.id – Buat kamu yang punya usaha atau baru mulai main di dunia bisnis, pasti pernah denger soal penyusutan aset. Tapi, boleh gak sih masukin penyusutan ke laporan pajak? Jawabannya: boleh banget, bahkan dianjurkan! Kenapa? Karena ini udah diatur resmi lewat UU No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan dan PMK No. 96/PMK.03/2009. Penyusutan itu kayak “potongan sah” buat nilai barang yang kamu pakai terus di usaha, kayak mesin, motor, laptop, dll.
Tapi, Bahaya Gak Nih?
Tenang, penyusutan itu gak berbahaya sama sekali asal kamu ngelakuinnya sesuai aturan. Justru kalau gak dicatet, kamu malah rugi karena bayar pajak bisa jadi lebih gede. Masalah biasanya muncul kalau kamu salah ngitung, asal nyusut, atau masa manfaatnya ngawur. Nah, pas fiskus alias petugas pajak ngecek, baru deh ketauan dan bisa kena koreksi.
Kalau Diperiksa & Salah, Siapa yang Salah?
Kalau kamu gak punya bukti kuat dan hitungannya gak sesuai aturan, ya jelas kamu (wajib pajak) yang salah. Tapi kalau kamu udah rapi, catetannya lengkap, dan metode nyusutnya sesuai aturan, terus fiskus yang salah nebak, kamu bisa ajukan keberatan atau bahkan banding lewat jalur resmi menurut UU N. 28 Tahun 2007 tentang KUP. Intinya: siapa yang salah ya harus tanggung jawab.
Contoh Kasus Nih:
Misal, PT ABC beli mesin Rp200 juta tahun 2023, tapi disusutkan cuma 2 tahun. Padahal seharusnya 5 tahun. Pas dicek tahun 2025, fiskus koreksi dan minta pajaknya ditambah.
Kalau PT ABC salah, mereka kena bunga 2% per bulan sampe maksimal 24 bulan (sesuai Pasal 13 ayat 2 UU KUP). Tapi kalau ternyata fiskus salah nilai dan PT ABC bisa buktiin itu, mereka bisa menangin keberatan.
Terus Solusinya Gimana Biar Gak Kena Masalah?
Buat Wajib Pajak:
- Belajar dasar hukum penyusutan, jangan main asal.
- Simpen bukti pembelian & catet aset dari awal.
- Gunakan software akuntansi biar gak ribet.
- Konsultasi ke konsultan pajak kalau bingung.
- Lapor pajak jujur & tepat waktu!
Buat Fiskus (Petugas Pajak):
- Periksa pakai data nyata, jangan asumsi doang.
- Fair & terbuka kalau wajib pajak bisa buktiin kebenarannya.
- Kalau salah? Siap tanggung jawab dan ikuti proses pemulihan.
Kalau Ada yang Salah?
– Wajib Pajak salah → Kena denda, bunga, atau bahkan tambahan 50% pajak (Pasal 13 ayat 3 UU KUP)
– Fiskus salah → Wajib pajak bisa ajukan keberatan atau restitusi. Kalau ada unsur penyalahgunaan, bisa kena sanksi disiplin PNS (PP No. 94 Tahun 2021)
Kesimpulannya?
Penyusutan itu bukan jebakan, tapi justru cara legal dan cerdas biar bayar pajak gak kebanyakan. Kuncinya cuma satu: ngerti aturan dan rajin nyatet. Jangan males, jangan nebak-nebak. Kalau semua pihak kerja sesuai aturan, gak bakal ada drama pajak deh!