beritax.id – Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyebut pelibatan figur selebritas muda semata soal popularitas. Ia mengklaim, kehadiran nama seperti Verrell Bramasta menjadi bagian dari pendekatan baru yang menyentuh kebutuhan generasi milenial dan Gen Z.
Zulhas menegaskan bahwa PAN tidak ingin terjebak pada kekuasaan gimmick. “Kami tidak ingin sekadar ikut-ikutan. PAN ingin memperkuat gagasan,” ujar Zulhas, dikutip dari akun media sosial Verrell, Kamis (24/7/2025). Ia menyebut Verrell sebagai sosok bersih, aktif, dan dekat dengan isu pendidikan, kebudayaan, dan kepemudaan.
PAN menyatakan langkah ini sebagai strategi menyongsong Pemilu 2029, di mana generasi muda diproyeksikan menjadi pemilih dominan.
Partai X: Kekuasaan Bukan Kontes Popularitas
Menanggapi hal itu, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute, Prayogi R Saputra, menyatakan keprihatinannya atas tren selebritasisasi kekuasaan. Ia mempertanyakan mengapa hampir semua partai menggunakan pendekatan yang serupa.
“Kalau bukan ikut-ikutan, mengapa wajah-wajah yang ditawarkan justru terlihat mirip? Apa bedanya dengan agensi model?” sindirnya. Ia mengingatkan bahwa tugas negara bukan hanya menciptakan citra, tetapi membentuk struktur kekuasaan yang berpihak pada rakyat.
Menurutnya, partai politik tidak boleh hanya menjadi pabrik pencitraan, tetapi harus menjadi ruang kaderisasi ide dan integritas. “Kalau yang diutamakan hanya popularitas, apa bedanya parlemen dengan panggung hiburan?” tegasnya.
Partai X mengingatkan bahwa esensi kekuasaan adalah tanggung jawab. Sesuai prinsip Partai X, negara adalah amanah kolektif rakyat untuk melindungi, melayani, dan mengatur warganya secara adil, transparan, dan partisipatif.
Kekuasaan bukan hasil sensasi media, tetapi hasil proses sadar dan sistemik untuk membangun keadaban publik. Rakyat membutuhkan negarawan, bukan sekadar figur layar kaca yang berpindah panggung.
Solusi Partai X: Sekolah Negarawan dan Berbasis Gagasan
Partai X mendorong seluruh partai membangun mekanisme rekrutmen yang berbasis nilai, bukan sekadar nama besar. Semua kader seharusnya dibina melalui pendidikan publik dan Sekolah Negarawan untuk memperkuat fondasi moral, hukum, dan visi kebangsaan.
Partai X juga mengusulkan pembatasan strategi kampanye yang hanya berbasis wajah atau gimmick. Kekuasaan harus kembali ke substansi, bukan semata visual.
“Negara ini tidak bisa dibangun oleh bintang iklan. Negara ini butuh pemimpin yang paham peran, bukan hanya sorotan kamera,” tutup Prayogi.