beritax.id — Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan pentingnya sinergi antara gerakan pemuda dan perempuan sebagai kekuatan moral bangsa. Ia menyebut, Oktober menjadi bulan penting yang menandai lahirnya dua momentum bersejarah, yakni Sumpah Pemuda dan Kongres Perempuan Indonesia. “Keduanya mendorong perubahan besar untuk mewujudkan kemerdekaan dan menjaga arah bangsa,” ujar Lestari di Jakarta, Kamis (16/10).
Menurutnya, semangat pemuda dan perempuan harus kembali dihidupkan di tengah ancaman disinformasi, pragmatisme, dan kesenjangan sosial.
Lestari menekankan bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan.
Partai X: Pemuda Harus Diberi Ruang Nyata, Bukan Sekadar Simbol Seremonial
Menanggapi hal itu, Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, mengingatkan bahwa pemuda adalah garda depan bangsa, bukan pelengkap upacara.
“Negara punya tiga tugas utama: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Itu harus dijalankan dengan nyata,” ujarnya.
Menurut Rinto, pemuda bukan hanya objek kebijakan, tetapi subjek perubahan. Negara harus memastikan mereka memiliki akses pendidikan, lapangan kerja, dan ruang partisipasi pemerintahan yang adil. “Kalau negara hanya memuji tanpa memberi kesempatan, itu bukan pemberdayaan, tapi pengabaian,” tambahnya.
Prinsip Partai X: Keadilan, Pelayanan, dan Kemandirian Rakyat
Partai X menegaskan bahwa kedaulatan sejati berada di tangan rakyat, bukan di meja pejabat. Pemerintah hanyalah pelayan, bukan penguasa. Pemuda dan perempuan harus diposisikan sebagai penggerak perubahan sosial, bukan sekadar simbol nasionalisme tahunan.
Dalam prinsip Partai X, pembangunan nasional harus berlandaskan tiga pilar moral:
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
- Pelayanan publik yang bersih dan transparan.
- Kemandirian masyarakat melalui pendidikan dan ekonomi rakyat.
Solusi Partai X: Ekonomi Berbasis Komunitas
Partai X mendorong kaderisasi yang membuka ruang kepemimpinan bagi pemuda dan perempuan di setiap level pemerintahan. Partai juga mengusulkan pembentukan pusat pelatihan ekonomi berbasis komunitas agar generasi muda tidak tergantung pada lapangan kerja formal. “Negara harus hadir dengan kebijakan afirmatif, bukan hanya slogan,” tegas Rinto.
Selain itu, Partai X menilai bahwa pendidikan karakter dan kewarganegaraan harus kembali ditekankan di sekolah dan pesantren. “Pemuda itu bukan hanya butuh pekerjaan, tapi juga arah moral agar tidak kehilangan jati diri bangsa,” ujar Rinto.
Penutup: Pemuda Harapan, Pemerintah Ujian
Partai X menegaskan, pemuda adalah cermin masa depan bangsa, sedangkan pemerintah adalah ujian moral hari ini. Jika negara gagal memberdayakan generasinya, maka masa depan akan kehilangan arah. “Bangkitnya bangsa dimulai dari bangkitnya pemuda. Jangan tunggu mereka kecewa baru negara sadar,” pungkas Rinto.