Dibuat Oleh: Tim Sekolah Negarawan
Sering kali kita sulit memahami bagaimana sistem ketatanegaraan bekerja. Agar lebih mudah, mari kita ibaratkan negara sebagai tubuh manusia.
Negara Ideal
Dalam tubuh, ada kepala, badan, dan kaki.
- Kepala diibaratkan MPR, pusat pengambil keputusan tertinggi, seperti otak yang menentukan arah.
- Badan adalah DPR, yang menjaga keseimbangan dan memastikan semua organ bekerja benar.
- Kaki adalah Presiden, pelaksana yang menggerakkan tubuh sesuai keputusan kepala.
Jika ketiganya bekerja selaras, tubuh berjalan tegak. Begitu pula negara. Di mana, lembaga-lembaganya saling melengkapi demi kehidupan rakyat yang adil dan sejahtera.
Kondisi Indoenesia Saat ini
Namun setelah Amandemen Keempat UUD 1945, keadaan berubah.
MPR memang masih diibaratkan kepala, tapi matanya tertutup, tak lagi menjadi pusat kendali. DPR tetap di tubuh, tapi pengawasannya terbatas. Presiden tetap melangkah, namun tanpa panduan jelas dari kepala. Akibatnya, langkah negara sering tak terarah.
Tubuh kita berjalan, tapi dengan kepala yang tak bisa melihat. Inilah ketidakseimbangan sistem ketatanegaraan hari ini.
Solusi Perbaikan
Lalu, apa solusinya? Jawabannya sederhana: penutup mata di kepala harus dilepas. Dan yang bisa melepasnya adalah para negarawan sejati. Tokoh-tokoh bijak yang lahir dari kalangan intelektual, tokoh adat dan budaya, tokoh agama, juga TNI dan Polri.
Kalau kepala bisa melihat lagi, MPR bisa kembali berfungsi. Negara pun bisa berjalan menuju tujuan bangsa yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Apakah Cukup Mengganti Presiden?
Tapi, apakah cukup hanya ganti presiden? Tentu tidak.
Mengganti presiden tanpa membenahi sistem, sama seperti mengganti kaki, tapi kepalanya masih tertutup. Kaki baru bisa saja lebih kuat, tapi tetap akan tersandung. Masalah utamanya bukan di kaki, tapi di kepala yang tidak lagi melihat dengan jelas.
Apakah Cukup Menunggu Pemilu 5 Tahunan?
Lalu, apakah cukup menunggu pemilu lima tahunan? Sayangnya juga tidak.
Pemilu hanyalah alat, bukan tujuan. Kalau sistemnya rusak, siapa pun yang terpilih hasilnya sama saja. Tubuh dengan mata tertutup tetap tersandung, meskipun kakinya diganti setiap lima tahun.
Kalau kita hanya menunggu, kerusakan justru makin besar. Korupsi merajalela, hukum bisa diperdagangkan, birokrasi makin rumit, lembaga negara kehilangan fungsinya.
Kesimpulannya, jangan hanya berharap pada pemilu atau ganti presiden. Yang kita butuhkan adalah membuka mata kepala bangsa ini. Dengan begitu, tubuh negara bisa kembali sehat, langkahnya lurus, dan tujuan besar bangsa bisa tercapai.



