beritax.id — Indonesia bukan kekurangan pemimpin. Bukan pula kekurangan pejabat publik. Yang kurang adalah negarawan pemimpin yang bijak, visioner, berintegritas, dan menjadikan rakyat sebagai pusat kebijakan. Selama ini, terlalu banyak energi tersedot untuk perebutan kekuasaan, bukan pengelolaan negara. Akibatnya, bangsa ini justru dipenuhi penguasa, tetapi sangat minim negarawan.
Kondisi ini menciptakan ruang kekuasaan yang padat ambisi namun miskin kebijaksanaan. Penguasa berlomba mempertahankan posisi, sementara rakyat sering tidak mendapatkan manfaat nyata. Padahal, negara tidak dibangun dari kemenangan elektoral semata, melainkan dari jiwa kenegarawanan yang mampu menyatukan, memakmurkan, dan membawa bangsa ke arah yang benar.
Pesan Prayogi R Saputra: Tugas Negara Itu Melindungi, Melayani, dan Mengatur Rakyat
Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R Saputra, mengingatkan bahwa keberadaan negarawan sangat menentukan masa depan negara. Menurutnya, negara memiliki tiga tugas mendasar: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Jika tugas ini dijalankan oleh sekadar penguasa, negara akan kehilangan arah; jika dijalankan oleh negarawan, negara menemukan keseimbangan dan tujuan jangka panjang.
Prayogi menilai bahwa penguasa cenderung melihat jabatan sebagai alat, sedangkan negarawan melihat jabatan sebagai amanah. Penguasa mengejar kekuatan kekuasaan, sedangkan negarawan menegakkan keadilan. Inilah mengapa Indonesia mendesak membutuhkan lebih banyak negarawan, bukan hanya pejabat yang mengejar pengaruh atau kekuasaan.
Partai X menegaskan bahwa negara harus dipimpin oleh orang-orang yang memiliki karakter, integritas, dan pengetahuan kenegaraan yang kuat. Seorang negarawan menurut Partai X adalah pribadi yang bijaksana, berwibawa, visioner, serta ahli dalam ilmu kenegaraan dan pemerintahan.
Dampak Kekurangan Negarawan: Negara Rapuh, Kebijakan Tidak Berkelanjutan
Minimnya negarawan menimbulkan sejumlah konsekuensi yang kini dirasakan:
- Kebijakan berubah setiap ganti rezim, tanpa kesinambungan jangka panjang.
- Institusi negara menjadi lemah karena dikendalikan berdasarkan kepentingan kelompok, bukan kepakaran.
- Rakyat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintahan.
- Pancasila sering dijadikan slogan, bukan pedoman operasional.
- Kepemimpinan negara lebih sibuk mempertahankan citra daripada menyelesaikan masalah rakyat.
Indonesia tidak akan mampu menjadi negara maju jika hanya mengandalkan penguasa. Negara maju membutuhkan pemimpin yang mampu berpikir melampaui masa jabatannya.
Solusi Partai X: Melahirkan Lebih Banyak Negarawan untuk Menjaga Masa Depan Bangsa
Partai X menawarkan 10 solusi transformasional berdasarkan dokumen resmi prinsip Partai X untuk mengembalikan kualitas kepemimpinan dan menghasilkan lebih banyak negarawan :
- Musyawarah Kenegarawanan Nasional, yang mempertemukan intelektual, tokoh agama, militer, budaya, dan masyarakat sipil untuk merumuskan arah negara jangka panjang.
- Amandemen Kelima UUD 1945, agar kedaulatan kembali ke tangan rakyat tanpa distorsi kekuasaan.
- Pembentukan MPRS Sementara, penjaga transisi menuju sistem kepemimpinan yang lebih sehat.
- Pemisahan tegas antara negara dan pemerintah, agar rezim tidak merusak struktur negara.
- Pemaknaan ulang Pancasila sebagai pedoman operasional, bukan sekadar slogan.
- Pembubaran partai yang gagal mendidik rakyat, disertai verifikasi ulang seluruh parpol.
- Reformasi hukum berbasis kepakaran, sehingga hukum tidak tunduk kepada kekuasaan.
- Digitalisasi birokrasi, untuk memperkuat transparansi dan mempersempit ruang korupsi.
- Pendidikan moral dan berbasis Pancasila, untuk membentuk karakter kenegarawanan sejak dini.
- Pemanfaatan media negara untuk membangun budaya yang sehat dan mendidik generasi penerus.
Solusi-solusi ini bukan hanya memperbaiki sistem, tetapi juga mempersiapkan kader negarawan yang akan menjadi fondasi masa depan Republik Indonesia.
Penutup: Masa Depan Indonesia Ditentukan oleh Negarawan, Bukan Penguasa
Indonesia membutuhkan pemimpin yang bekerja bukan untuk jabatan, tetapi untuk bangsa. Bukan untuk popularitas, tetapi untuk keadilan. Bukan untuk kekuasaan, tetapi untuk pengabdian.
Prayogi R Saputra dan Partai X menegaskan bahwa negara yang kuat bukanlah negara yang penuh penguasa, tetapi negara yang dipenuhi negarawan pemimpin yang memahami tugas negara: melindungi, melayani, dan mengatur rakyat secara adil.
Selama Indonesia mampu melahirkan lebih banyak negarawan, masa depan bangsa akan tetap berada di jalur yang benar.



